Senin, 21 Maret 2011

JANGAN SALAH MENDIDIK

Lembaga pendidikan hanya sebuah sarana dan sekolah hanya sekadar tempat singgah anak untuk menjalani persiapan menuju jenjang pendidikan berikutnya. Namun, sangat disayangkan sebagian lembaga pendidikan ternyata lebih banyak mewarnai perilaku dan tabiat buruk anak. Oleh karena itu, bila sukses dunia-akhirat adalah pertimbangan utama, maka orangtua harus pandai-pandai memilih lembaga pendidikan yang sejalan dengan syariat Islam.

Banyak orang awam dan berkantong tebal salah dalam memilih lembaga pendidikan. Alih-alih mempertimbangkan kebersihan akidah dan keluhuran akhlak bagi anak-anaknya, mereka hanya berorientasi pada keberhasilan di dunia. Alhasil, mereka hanya memilih sekolah favorit yang ternama dan bergengsi walaupun harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Sekolah mahal dipakai sebagai alat pengangkat prestise orangtua, sekadar alat untuk menunjukkan bahwa orangtua mampu menyekolahkan anak di sekolah pilihan orang kaya. Bila sudah begini, janganlah terlalu berharap memiliki anak shalih.

Berikut beberapa contoh kesalahan orang tua dalam memberikan pendidikan buat anak-anaknya:
1. Salah Tujuan
Seringkali orangtua menyekolahkan anak karena malu pada tetangga bila anaknya bodoh atau kalah kecerdasannya, atau khawatir kelak anaknya tidak mendapat pekerjaaan yang layak. Atau, si orangtua hanya ingin agar anaknya nanti menjadi pengawai negeri dan pejabat tinggi yang banyak harta dan hidup mapan. Padahal, orangtua haruslah berangkat dari niat menjalankan
perintah Allah, yaitu memenuhi kewajiban hamba sebagai orangtua yang memang dituntut untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi hamba Allah subhanahu wa ta’ala yang bertakwa dan shalih, yang menjadi simpanan abadi di akhirat kelak.

Sayangnya, saat ini justru sekolah yang melulu berorientasi pada keberhasilan dunialah yang menjadi prioritas banyak orang awam. Mereka tak memperhatikan apakah terjadi ikhtilat atau tidak. Sehingga kemaksiatan mudah tercipta di sekolah tersebut, karena landasan agama dicampakkan, sementara dunia menjadi tujuan. Lihatlah, di sekolah-sekolah yang ikhtilat,
banyak terjadi kasus zina melalui budaya pacaran, pergaulan bebas, dan asmara buta sehingga kekejian merebak dan perzinahan merajalela.

2. Salah Sekolahan
Bisa jadi orangtua sudah benar dalam niat, tapi karena ilmu agamanya yang minim, ia salah mencarikan lembaga pendidikan bagi anak-anaknya. Misalnya, ia ingin anaknya paham ilmu agama, maka ia main masukkan saja anaknya ke sekolah agama seperti madrasah atau pesantren, tanpa peduli apakah pesantren itu penuh bid’ah atau tidak, dan apakah akidah dan akhlak para santri benar-benar terkontrol.

Harus diakui, saat ini masih ada sekolah Islam yang di situ bercampur-baur antara pelajar laki-laki dengan perempuan, atau kurang memperhatikan sistem pengajarannya, sehingga bercampur antara pelajaran yang syar’i dan bid’ah, bahkan antara ajaran Islam dan ajaran kafir. Alhasil, pemahaman dan efek buruklah yang diterima sang anak. Kelak, ia pun secara sistematis akan tumbuh menjadi generasi dengan pemahaman dan pengamalan Islam yang
menyimpang dari syariat Islam.

3. Salah Teladan
Sebagaimana yang telah saya jelaskan di atas, keteladan memiliki pengaruh kuat dalam proses pendidikan anak. Perilaku orangtua maupun guru berdampak kuat bagi pembentukan kematangan pribadi sang anak. Teladan yang salah akan membuat anak terdidik di atas kebiasaan buruk dan perilaku negatif. Karena itu, orangtua harus memilih pendidik yang menjunjung tinggi
nilai-nilai akidah dan moral, serta memiliki kelebihan ilmu dan amal dibanding murid-muridnya.

4. Salah Metode Pendidikan
Bisa saja pelajaran yang diberikan kepada sang anak sudah baik, tapi cara penyampaiannya yang tidak tepat, sehingga tujuan dan target pendidikan tidak tercapai, atau anak didik menjadi gagal. Mendisiplinkan anak-anak dengan sanksi kekerasan fisik, misalnya, hanya membentuk anak berwatak keras. Sebaliknya, memberi toleransi yang berlebihan akan membuat anak semakin manja. Anak yang selalu diluluskan permintaan materinya akan tumbuh menjadi anak yang cinta dunia, sementara anak yang biasa diabaikan permintaannya, bisa punya kebiasaan mencuri. Di sekolah, anak hanya dicecar dengan hafalan, tapi kurang diajak memahami suatu permasalahan.
5. Motivasi yang Kurang Tepat
Kesalahan orangtua atau guru dalam memberi motivasi kepada anak didiknya bisa memberi dampak yang kurang baik. Misalnya, mendoromg anak berprestasi dengan hadiah yang menggiurkan, atau memotivasi anak berprestasi agar tidak tersaingi oleh teman-temannya, atau memotivasi anak agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya. Motivasi yang demikian itu akan merusak watak dan pribadi anak, karena anak terdorong bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu bukan karena Allah, melainkan karena ingin berprestasi dan mendapat hadiah yang menggiurkan.
Parahnya lagi, hanya untuk mengejar hadiah yang dijanjikan, si anak bisa saja menghalalkan segala cara, dengan mencontek atau berbuat curang lainnya, yang penting hadiah didapat.

Alhasil, bila dia tidak bisa berprestasi, maka dia akan menjadi orang yang frustasi dan malas belajar, sedangkan pada anak yang didorong agar tidak tersaingi oleh teman-temannya akan timbul sifat angkuh, sombong dan egois. Dan anak yang dimotivasi agar bangga dengan prestasi yang dicapainya, tumbuh menjadi anak yang tidak pandai bersyukur kepada Allah; ia hanya bersemangat menuntut ilmu, tapi kehilangan kendali bila gagal.

6. Membatasi Kreativitas Anak
Ada sebagian orangtua yang membatasi, memaksa dan selalu menentukan kreativitas anak. Ini akan mengekang bakat anak, membuat anak kurang percaya diri, tidak pandai bergaul, dan cenderung memisahkan diri dari teman-temannya. Seharusnya orangtua mengarahkan, membimbing, mendorong dan memberi fasilitas agar anak mengembangkan kreativitasnya sepanjang kreativitas itu tidak melanggar syariat, tidak merugikan dan mengganggu orang lain, dan bermanfaat untuk diri maupun agamanya. Anak yang merasa didukung kreativitasnya akan tumbuh dengan kepala yang penuh ide cemerlang dan menjadi orang yang bertanggung jawab, sekaligus menjadi anak yang bangga dengan orang-tuanya.

7. Membatasi Pergaulan
Kadang, karena tidak ingin anak terpengaruh oleh perilaku buruk teman bergaulnya, orangtua bertindak sangat protektif terhadap anaknya. Bahkan, anak tak boleh “nimbrung” jika orang tuanya sedang menerima tamu. Atau, anak hanya diperbolehkan bergaul dengan teman-teman tertentu yang belum tentu shalih, tapi justru dilarang mendekati temannya yang shalih, paham As-Sunnah dan rajin beribadah.

Sikap orangtua seperti di atas membuat anak menjadi pemalu dan tidak pandai bergaul, atau akan membuat anak mudah merendahkan orang lain yang dianggap tidak selevel dengannya.

Orangtua bijaksana akan mengawasi pergaulan anak-anaknya, tanpa terlalu membatasi tapi juga tidak membiarkan anak bergaul bebas. Orangtua harus selalu mengingatkan dan memantau agar anak bergaul dengan orang-orang shalih, yang paham As-Sunnah, rajin beribadah dan berakhlak mulia serta teman-teman yang bisa memotivasinya menjadi orang yang bermanfaat untuk diri, agama, orang tua dan orang di sekitarnya.

8. Tidak Disiplin dan Kurang Tertib
Ketidakdisiplinan dan kurang tertibnya orang tua dalam mendidik anak akan membuat anak juga tidak disiplin dan tertib dalam menjalani hidupnya. Orangtua dan para pendidik harus menanamkan hidup disiplin dan tertib sejak usia dini sehingga anak terbiasa hidup disiplin dan tertib dalam menunaikan tugas-tugas harian, terutama yang terkait dengan kewajiban agama dan ibadah kepada Allah, tugas rumah dan tugas sekolahan. Anak harus dilatih untuk membiasakan shalat fardhu tepat waktu dan berjemaah di masjid (bagi anak laki-laki), melatih diri untuk berpuasa, serta menaati perintah orangtua dalam kebaikan, bukan dalam kemaksiatan.

Setiap orangtua atau pendidik hendaknya membuatkan jadwal rutin harian, yang berkaitan dengan ibadah, tugas harian maupun tugas sekolah, dan orangtua harus senantiasa mengontrol dan mengawasinya jangan sampai ada yang terlewatkan.

9. Hanya Pendidikan Formal
Sebagian orangtua sudah merasa cukup mendidik anak bila sudah memberi mereka pendidikan formal atau kursus bimbingan belajar. Padahal, kebanyakan lembaga tersebut mengajarkan ilmu keduniaan saja, tanpa memedulikan kebutuhan prinsipil seperti pendidikan akidah, pembinaan akhlak dan pendidikan yang berbasis pada kemandirian. Alhasil, lulus dari pendidikan formal, anak tidak bisa menghadapi realitas dan persaingan hidup. Sebab, kebutuhan ilmu sang anak tidak dapat dipenuhi hanya melalui madrasah saja.

Dengan kata lain, setiap anak harus membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan realitas hidup, perkembangan teknologi, bisnis, informasi, komunikasi, situasi terkini, dunia tumbuhan dan binatang. Dan untuk itu, orangtua haruslah aktif dan selektif dalam memilihkan bacaan, yaitu memilihkan bacaan yang bermanfaat dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karenanya, pendidikan non formal, terutama pendidikan agama mutlak diperlukan, karena dengan pendidikan inilah si anak akan dapat menyaring, mana ilmu teknologi, bisnis, komunikasi, dan segala hal yang bermanfaat atau justru berpotensi merusak akidah maupun akhlak seseorang.

10. Kurang Mengenalkan Tanggung Jawab
Orangtua harus menumbuhkan kesadaran dan rasa tanggung jawab yang tinggi pada anak-anaknya akan tugas dan kewajiban mereka, baik yang terkait dengan urusan agama maupun dunia. Masing-masing harus merasa bahwa tugas sekecil apa pun merupakan amanah yang harus diemban dan beban tanggung jawab yang harus dipikul sepenuh kemampuan. Anak harus dilatih untuk lebih dahulu menunaikan kewajiban dari pada menuntut haknya baik hubungannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun kepada sesama manusia terutama kepada orangtua, sanak-kerabat dan teman-temannya.

Orangtua harus mengenalkan kepada anak-anaknya tanggung jawab kepada agama, diri, dan lingkungannya. Bahkan anak harus dikenalkan pada kewajiban zakat, infak dan sedekah, menyantuni anak yatim dan fakir-miskin agar tumbuh rasa tanggung jawab dan sensitivitasnya pada agama dan lingkungan, baik lingkungan rumah maupun sekolah.
11. Khawatir yang Berlebihan
Perasaan takut terhadap keselamatan dan rasa khawatir terhadap masa depan anak merupakan sifat yang wajar ada pada setiap orangtua. Namun, perasaan itu akan berubah menjadi bahaya bila berlebihan dan berubah menjadi was-was akan keselamatan anaknya, bersikap bakhil karena takut beban biaya hidup anaknya tidak terpenuhi, dan mencintai anak secara berlebihan.

Ketakutan seperti itu hanya akan membuat hidup terbebani, tidak percaya dengan takdir, dan mengurangi ketawakalannya kepada Allah. Yang ada nanti hanya perasaan tidak tenang dan khawatir terhadap nasib anaknya. Inilah yang kadang membuat orangtua tidak tega saat melepas anaknya menempuh pendidikan boarding school (pondok) di pesantren. Padahal, setiap orangtua harus menyadari bahwa suatu saat nanti anak akan berpisah dengannya, baik untuk mencari ilmu atau mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya setelah menikah kelak.

12. Kurang Sabar dalam Menerima Hasil
Bisa jadi orangtua sudah punya target-target tertentu atas pendidikan anaknya, atau boleh jadi orangtua telah mendidik anaknya untuk mengganti jabatannya atau memegang perusahaannya setelah dia meninggal. Namun, ternyata sang anak mengecewakannya. Bukan karena ia nakal dan membangkang, melainkan karena bakat sang anak tidak sejalan dengan keinginan dan harapan orangtuanya. Akhirnya, kita dengar orang tua mencerca anaknya, “Tinggal belajar saja kok tidak bisa. Makanya, belajar yang betul!”

Padahal, kita semua sadar bahwa Allah subhanahu wa ta’ala mengaruniakan kecerdasan dan kemampuan yang berbeda kepada setiap hamba-Nya. Seharusnya orang tua bersikap bijak. Kewajiban orangtua hanyalah berusaha semaksimal mungkin mengarahkan dan membina anak-anaknya, sedangkan hasilnya, Allah Maha Adil dan Maha Tahu apa yang tetbaik bagi hamba-Nya. Jadi, kenapa orangtua harus kecewa dengan hasil yang tidak sesuai keinginannya? Bukankah lebih baik mengutamakan kesabaran dan keistikomahan dalam mendidik dan mengarahkan anak, daripada terpaku pada hasil akhirnya?

13. Curiga Berlebihan
Orang tua harus bersikap terbuka dan memberi kepercayaan kepada anak. Sikap ini akan memperlancar komunikasi dan interaksi dengan anak maupun anggota keluarga yang lain. Keterbukaan dan kepercayaan juga akan membuat anak mencintai orangtuanya secara tulus dan memandang penuh hormat dan kasih pada keduanya. Sebaliknya, bila orang tua mudah menuduh
tanpa bukti, mencurigai setiap gerak-gerik anak tanpa alasan dan menganggap anak berkhianat kepada orangtuanya, perasaan anak akan tercabik-cabik, kekecewaan tumbuh, dan kemarahan anak kepada orangtua akan tersulut. Apalagi bila anak merasa apa yang dituduhkan kepadanya tidak benar.

Oleh karena itu, orang tua harus berhati-hati dalam menilai anak-anaknya. Jangan mudah curiga dan menuduh anak dengan sesuatu tanpa alasan dan bukti hanya karena kurang cinta atau cemburu. Orang tua juga tidak boleh meremehkan kemampuan dan kelebihan anak dengan menganggapnya masih terlalu kecil.

Di pihak lain, sang anak pun tak boleh mudah memvonis orangtuanya tidak sayang dan membencinya. Seharusnya seorang anak bersabar menghadapi sikap orang tua yang kurang berkenan dan sebaiknya mencari informasi yang sebenarnya kenapa orangtuanya bersikap demikian, dan menghilangkan dendam kepada orangtua karena sikapnya tersebut. Sebab, dendam yang dibiarkan bisa memutus hubungan silaturahim. Maka, pupuklah sikap saling percaya, tumbuhkan empati, dan sikap terbuka dalam menghadapi setiap masalah.

14. Menjauhkan Anak dari Orang Shalih
Kalau tidak bergaul dengan ulama atau orang shalih, pasti kita akan bergaul dengan orang-orang bodoh dan ahli maksiat. Kedekatan dengan para ulama dan orang shalih akan memotivasi anak untuk cinta pada kebaikan, amal shalih, dan lingkungan yang bagus. Siapa yang berkumpul dengan orang-orang baik atau hidup di lingkungan yang baik, akan tertular kebaikannya. Dan siapa yang berkumpul dengan orang-orang buruk atau hidup di lingkungan yang buruk, akan pula terkena getah keburukannya.

Wahai anak shalih yang mendambakan surga, jangan biarkan dirimu bergaul dengan orang buruk berhati serigala, orang munafik, orang fasik dan ahli bid’ah perusak agama. Ingat, orang yang baik akan dikumpulkan bersama orang baik dan orang yang buruk akan berkumpul dengan orang yang buruk. Dan pada Hari Kiamat kelak, seseorang dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.

dari buku:
judul: “Untukmu Anak Shalih”
penyusun: Ust. Zaenal Abidin bin Syamsudin, Lc
penerbit: rumah penerbit al-manar

Rabu, 16 Maret 2011

izinkan Anak Berbuat "Salah"

Kesadaran bahwa kesalahan dan kegagalan adalah manusiawi perlu dimiliki oleh siapapun, termasuk anak. Mendorong dan melatih anak agar memandang kesuksesan dan kegagalan dalam persektif yang benar penting dilakukan. Dalam hal ini orang tua berperan penting. Mendorong anak untuk berhasil tentu saja wajar dan bahkan harus. Namun hal itu perlu diimbangi dengan meneguhkan anak untuk bersikap realistis untuk menerima kegagalan. Orang tua juga perlu berbagi pengalaman bahwa tidak setiap tujuan pasti terwujud meski telah dipersiapkan dengan teliti dan matang.

Ka’ab bin Malik. Ia salah satu sahabat mulia Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Ia juga pemuka sahabat kalangan Anshor dari suku Khazraj. Berkali-kali ia membersamai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam berbagai peperangan, tetapi tidak di perang Tabuk. Ketika sebagian besar sahabat bersiap untuk perang ini, Ka’ab bin Malik tak segera melakukan hal yang sama. Pada akhirnya ia memang tertinggal, tak ikut serta dalam peperangan ini. Karena kesalahan ini, Rasulullah dan sahabat-sahabat lain mengucilkannya beberapa lama hingga akhirnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberi kabar gembira: “Berbahagialah dengan hari terbaik yang engkau jumpai semenjak ibumu melahirkanmu.” Itulah kabar tentang diterimanya taubat Ka’ab bin Malik.

Kesalahan dan kegagalan sesungguhnya merupakan bagian dari perjalanan hidup karena kita memang tidak sempurna. Siapapun bisa melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan, termasuk sahabat Ka’ab bin Malik sebagaimana dikisahkan di atas. Bahkan Nabi Adam pun pernah berbuat salah. Benar sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sebagaimana diriwayatkan At-Tirmidzi dan Ibnu Majah bahwa setiap bani Adam berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat.

Kesalahan dan kegagalan sesungguhnya melekat pada proses keberhasilan. Thomas Alfa Edison misalnya. Ia berhasil menemukan lampu pijar setelah melakukan 9.999 kali percobaan. Kegagalan dan kesalahan tersebut tidak menjadikannya putus asa. Justeru ia mengatakan bahwa dengan begitu ia mengetahui ribuan cara agar lampu tidak menyala. Sikap realistis inilah
yang tampaknya menopang kesuksesan Thomas Alfa Edison. Ia menerima kesalahan dan kegagalan sebagai sesuatu yang wajar dan menjadikannya titik tolak untuk maju dan berkembang.

Berhati-hati agar tidak melakukan kesalahan dan khawatir mengalami kegagalan tentu saja wajar. Namun, ketika kekhawatiran itu sangat berlebihan sehingga menghalangi untuk bertindak apapun, tentu tidak wajar. Inilah yang mungkin secara tidak sadar dilakukan orang tua yang sangat protektif kepada anaknya.

Lihatlah bagaimana orang tua dengan segera memegang sang anak yang sedikit terhuyung ketika sang anak baru berlatih berjalan. Lihat pula bagaimana orang tua segera mengatakan “Nak, jangan pilih warna itu, tidak cocok, Gunakan yang ini saja” ketika anak belajar mewarnai.

Orang tua sering begitu protektif dan tidak memberikan kesempatan kepada anak untuk mencoba berbagai hal dalam proses belajar mereka karena begitu khawatir anak melakukan kesalahan.

Tak disangsikan bahwa perilaku demikian didasari oleh rasa sayang mereka. Namun, perilaku demikian berpotensi meneguhkan keyakinan pada diri anak bahwa melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan adalah tabu. Akibatnya anak cenderung menghindari tindakan apapun yang dipandangnya dapat menyebabkan kegagalan. Akibat selanjutnya bisa diduga bahwa hal itu akan membatasi mereka untuk berkreasi dan berkembang.

Kesadaran bahwa kesalahan dan kegagalan adalah manusiawi perlu dimiliki oleh siapapun, termasuk anak. Mendorong dan melatih anak agar memandang kesuksesan dan kegagalan dalam persektif yang benar penting dilakukan. Dalam hal ini orang tua berperan penting. Mendorong anak untuk berhasil tentu saja wajar dan bahkan harus. Namun hal itu perlu diimbangi dengan
meneguhkan anak untuk bersikap realistis untuk menerima kegagalan. Orang tua juga perlu berbagi pengalaman bahwa tidak setiap tujuan pasti terwujud meski telah dipersiapkan dengan teliti dan matang.

Di kelas, guru juga berperan penting untuk menumbuhkan kesadaran dan keyakinan bahwa melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan adalah manusiawi. Bagaimana caranya? Sesekali guru perlu mengisahkan tokoh-tokoh hebat yang dalam kisah suksesnya juga pernah melakukan
kesalahan dan mengalami kegagalan. Kisah Ka’ab bin Malik dan Thomas Alfa Edison di atas dapat dijadikan contoh. Guru juga perlu memberikan rasa aman bagi anak untuk mencoba hal-hal baru dalam proses belajar mereka tanpa kekhawatiran akan dicerca jika melakukan kesalahan. Guru perlu meyakini bahwa anak .akan belajar dengan cepat jika mereka berada dalam
lingkungan yang menerima terjadinya kesalahan. Guru sebaiknya menghindari komentar atau pertanyaan yang bersifat negatif seperti: “bagaimana bisa kamu melakukan kesalahan seperti itu?” atau “kamu tidak mendengarkan saya ya… sehingga bisa salah seperti ini?”

Dalam kegiatan pembelajaran, guru seharusnya tidak bersegera memberikan rumus formal kepada anak untuk menyelesaikan suatu soal. Anak perlu diberikan kebebasan untuk melakukan eksplorasi dan menemukan cara mereka sendiri tanpa khawatir akan dicerca jika melakukan kesalahan. Hal ini akan mendorong anak berpikir kreatif dengan melihat berbagai kemungkinan
cara menyelesaikan soal. Mungkin saja cara mereka lebih kreatif dan lebih mudah dipahami, setidaknya oleh mereka sendiri. Namun, mungkin juga anak akan mengalami kesulitan dan menemui jalan buntu. Terhadap hal ini guru hendaknya membimbing mereka untuk mengenali kesalahan mereka dan memanfaatkannya untuk proses belajar mereka. Cara demikian akan memberikan pengalaman dan kemampuan berharga kepada anak. Pengalaman dimaksud adalah pengalaman menghadapi masalah, bukan menghindarinya, dan secara bebas berusaha menyelesaikannya tanpa takut gagal. Pengalaman demikian sangat penting bagi anak mengarungi kehidupannya kelak.

Membelajarkan anak agar menyadari bahwa melakukan kesalahan dan mengalami kegagalan adalah manusiawi memerlukan proses. Hal itu perlu dilakukan secara berkelanjutan sehingga anak memiliki perspektif yang benar dan berimbang dalam memandang keberhasilan dan kegagalan.

dari:
Izinkan Anak Berbuat “Salah”: Ali Mahmudi,Dosen Matematika Universitas Negeri Yogyakarta.
Fahma Vol.7 No.2, Februari 2010, hal. 14-15.

Wahai Anakku Kami Menginginkan Pahala Itu

Ya Bunayya,..engkau buah hati kami. Padamu tergantung masa depan kami. Dunia kami dan akhirat kami. Hilang letih dan lelah kami ketika melihat engkau beranjak dewasa tumbuh dengan akhlak mulia. Wahai anakku,… engkau hidup di penghujung zaman yang semakin banyak kerusakan dan fitnah yang menyambar setiap detik nafasmu. Jikalah tidak engkau bergantung pada Zat Yang Maha Kuat dan Kuasa pada siapa lagi engkau kan berlari.

Kami tidak perduli melihat para orang tua yang sibuk memilih dunia untuk belahan jiwa mereka. Yang berkorban dengan apa saja agar anak-anaknya berhasil meraih pangkat dan kedudukan di hati manusia. Yang bila mana kami lupa memanggil anaknya dengan nama biasa, maka mereka akan segera tergesa-gesa meralat,.. maaf anak kami adalah seorang dokter panggillah nama depannya dengan jabatannya.

Duhai penyejuk hati yang gundah,… kami menginginkan dunia hanya sebagai bekal untukmu menuju akhirat yang abadi. Karena itu kami tidak kecewa bila mendapati nilai C pada matematikamu atau fisikamu. Tetapi sungguh kami akan menangis dan berduka bila engkau lalai pada perintah Rabbmu.

Duhai penyejuk mata,…. di hari yang semakin mendekati kepunahan. Tak lelah kami mendidikmu dengan Al-Qur’an. Betapa engkau sangat kami inginkan menjadi penghafal dan pengamal Al Qur’an. Siang malam kami bersabar dan tak kecewa membetulkan bacaanmu yang yang tertatih-tatih dan terlupa dari satu ayat Al-Qur’an.
Demikian pula doa senantiasa kami panjatkan untuk kalian agar Allah memberi kemudahan.

Untukmu bunayya,… bersabarlah di hari yang sulit ini. Sungguh engkau akan menikmati jerih payahmu
ketika dewasa nanti.Janganlah engkau lupakan kami dalam doamu .Semoga Allah di kemudian hari, memberi kelapangan pada kubur kami yang sempit nanti.

Ya bunayya,…. engkau pasti kan bertanya, mengapa orang tua kami melakukan hal ini untuk kami? Jawabnya,… karena ia adalah suatu kebiasaan yang telah di wariskan oleh para pendahulu kita(salafus shalih).
Begitu pula telah kami dapati dalam ucapan Nabimu yang mulia shalallahu alaihi wassalam diriwayatkan dari Buraidah bin Hushaib radhiyallahu anhu ia berkata: “Pernah ketika aku sedang berada di sisi Rasulullah shalallahu alaihi wassalam maka aku pernah mendengar beliau bersabda,

“Al-Qur’an itu akan menemui ahlinya pada hari kiamat ketika kubur telah terbelah seperti seorang laki-laki yang berwajah putih berseri. Ia berkata pada laki-laki tadi,”Apakah kamu mengenaliku?” dia menjawab,”Aku tidak mengenalimu” Ia berkata,”Aku adalah temanmu, Al-Qur’an yang dulu selalu membuat kering tenggorokanmu di siang hari dan begadang di malam hari. Dan setiap pedagang tentulah mengharapkan keuntungan dari barang dagangannya, dan kamu pada hari ini mendapatkan keuntungan dari usahamu.”Kemudian di berikan untuknya kerajaan di tangan kanannya dan keabadian (surga) ditangan kirinya, di letakkan mahkota kebesaran di kepalanya, dan dikenakan bagi kedua orangtuanya dua pakaian (teramat indah) yang belum pernah dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya berkata: ”Dengan amalan apa kami bisa memperoleh pakaian seperti ini?” Dikatakan: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anakmu” Kemudian diperintahkan kepadanya, Bacalah (Al-Qur’an) dan naikilah tangga-tangga surga dan masuklah ke kamar-kamarnya” Maka dia terus naik (derajatnya) selama dia membacanya dengan cepat atau dengan cara tartil (perlahan-lahan)” (HR. Ahmad)1

Dan juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu yang marfu’ (sampai) kepada Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda,

“…. dan dikenakan kepada kedua orangtuanya dua pakaian indah yang tidak bisa dinilai dengan dunia dan seisinya. Keduanya berkata, “Ya Rabb, Bagaimana kami bisa mendapatkan balasan seperti ini !! dikatakan :”Dengan mendidik Al-Qur’an kepada anak-anakmu” (HR. Ath-Thabrani).2

Wahai bunayya,.. betapa kami menginginkan pahala itu. Kami-pun menyadari tidaklah mudah untuk mendapatkannya. Karena memang segala sesuatu harus diraih dengan kerja keras yang gigih dan kesabaran yang tak bertepi. Lelah dan letih kami akan di hargai-Nya karena Allah Yang Maha Mulia telah berfirman:

“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakannya (39) dan bahwasanya usahanya itu kelak akan di perlihatkan kepadanya (40) Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” (41). (An-Najm :39-41).

Sungguh kami yakin wahai bunayya,… jika sekiranya para orangtua mengetahui keutamaan dan kedudukan yang tinggi di sisi-Nya karena mengajarkan Al-Qur’an pada buah hati mereka, niscaya mereka akan berlomba-lomba untuk mengajarkan anak-anaknya Al-Qur’an, membimbing mereka untuk selalu membaca, menghayati maknanya dan mengamalkannya dalam kehidupan yang fana ini.

Sumber bacaan :

1. Tafsir Ibnu katsir jilid 9 , Pustaka Imam ASy-Syafi’i, Jakarta, 2008.
2. Keagungan Al-Qur’an Al-karim, Syaikh Mahmud Al Dosari, Maktabah Darus salam, Riyadh, 2006.

Murajaah oleh : Ustadz Eko Hariyanto Lc(Abu Ziyad)

1. Hadits riwayat Ahmad dalam kitab Al-Musnad,
5/238 [↩]
2. Hadits riwayat Ath-Thabrani dalam kitab Al Ausath, 6/51, hadits no.5764. Syaikh Al-Bani menyebutkan hadits ini dalam kitab Silsilah Hadits Shahih, 6/792, hadits no.2829. [↩]

DO'A DARI 70 RIBU MALAIKAT !!

Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang sakit, melainkan Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar mendoakannya kapan pun di siang hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi harinya. (musnad ahmad 2/110, syaikh ahmad syakir mengatakan bahwa sanadnya shahih).

Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya menjelaskan, ‘Shalawat malaikat bagi anak adam ialah dengan mendoakan agar mereka diberi rahmat dan maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang hari’ yakni waktu ia menjenguk. Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat mendoakannya hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka malaikat mendoakannya hingga pagi. Oleh karena itu, orang yang berniat hendaknya berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam menjelang, agar semakin banyak didoakan malaikat.

‘Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70.000 malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.’ (musnad ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh ahmad syakir menilai hadits ini shahih)

AKU SAKIT, TETAPI KAMU TIDAK MENJENGUK-KU!

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‘Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’

Dia berkata. ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!’

Dia berfirman, ‘Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisi-Nya.’

(diriwayatkan oleh Muslim, no. 2569)

HUKUM MENJENGUK ORANG SAKIT

Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhiundangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal). (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)

Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya.

Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka.

Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan wajib, yakni wajib ‘ain, (melainkan wajib kifayah).

MANFAAT MENJENGUK ORANG SAKIT

Selain mendapat keutamaan sebagaimana hadits-hadits yang disebutkan diatas, menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya:

1.

Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
2.

Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
3.

mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
4.

mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
5.

mendoakan si sakit
6.

melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.

MESKI SAKIT RINGAN, TETAP DIJENGUK!

Hadits-hadits yang ada, menyuruh dan mengajurkan untuk menjenguk orang sakit, baik yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak maupun orang tua, dari kaum laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat. Yang sakit terpelajar atau bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat jelata, miskin maupun kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit atau pun tidak.

Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan terkadang, dalam kondisi tertentun menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit tersebut, apakah tergolong parah atau ringan. Hal ini sudah mulai memudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!

Al Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)

MENJENGUK LAWAN JENIS?

Wanita boleh menjenguk laki-laki yang sedang sakit, ataupun sebaliknya; meskipun bukan mahramnya. Akan tetapi, hal ini dengan syarat aman dari fitnah, menutup aurat, dan tidak terjadi khalwat (berduaan dengan lawan jenis).

Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, Ketika Rasulullah shallalallahu alaihi wa sallam tiba di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang demam. Kemudian, kata Aisyah, aku menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)

Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin Hanaif, ‘Bahwa dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang sedang sakit. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun diberitahu tentang sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dahulu suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.” (HR. Malik, Al Muwaththo’ no.531)

BOLEHKAN MENJENGUK ORANG MUSYRIK?

Menjenguk orang kafir oleh sabagian ulama dihukumi makruh. Hal ini dikarenakan: secara implisit (tidak langsung) merupakan penghormatan kepada mereka. (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/276).

Namun sebagia ulama yang lain berpendapat bolehnya menjenguk orang kafir apabila ada harapan untuk masuk islam. Pendapat ini lebih dekat kepada apa yang dilakukan oleh Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Anas bin Malik meriwayatkan, ‘Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau bersabda, ‘Masuklah Islam!” Maka dia pun masuk Islam.” (HR. Bukhari no.5657)

Sa’id bin Musayyib meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata, ‘Ketika Abu Thalib hendak dijemput kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendatanginya seraya bersabda, ‘Ucapkanlah ‘Laa ilaaha illa Allah’ sebuah kalimat yang bisa aku jadikan sebagai hujjah untukmu di sisi Allah kelak.’ (HR. Bukhari no.6681)

KAPAN WAKTU MENJENGUK ORANG SAKIT?

Tidak ada keterangan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menerangkan waktu-waktu tertentu untuk menjenguk orang sakit. Oleh karena itu, dapat dilakukan kapan saja, selama tidak merepotkan si sakit dan keluarganya.

Salah satu alasan menjenguk orang sakit adalah meringankan penderitaan si sakit dan memberinya dukungan moral, sehingga sangat tidak bijaksana jika kedatangan kita malah merepotkan yang bersangkutan.

Waktu yang tepat untuk menjenguk berbeda-beda pada setiap keadaan. Berbeda-beda dari waktu ke waktu dan antara satu tempat dengan tempat lainnya. Oleh karena itu, kita harus jeli mencari waktu yang pas untuk menjenguk, mampu memperkirakan kondisi si sakit & keluarganya (sedang beristirahat atau tidak, sedang banyak tamu atau tidak, dan lain sabagainya).

PERSINGKAT WAKTU KUNJUNGAN!

Hendaknya kita memperhatikan waktu ketika menjenguk orang sakit. Jangan sampai terlalu lama, karena hal ini bisa membebani bahkan menambah penderitaan si sakit ataupun keluarganya.

Ibnu Thowuss mengatakan bahwa ayahnya pernah berkata, ‘Sebaik-baik kunjungan kepada orang sakit ialah yang paling singkat.’

Asy-Sya’bi mengatakan, ‘Kunjungan orang dungu lebih berat dirasakan oleh keluarga si sakit daripada sakitnya salah seorang angota keluarga mereka. Yaitu, orang yang datang menjenguk pada waktu yang tidak tepat dan duduk terlalu lama.’ (lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/277)

Namun, apabila si sakit suka berlama-lama dengan penjenguknya, dan ingin dikunjungi sesering mungkin, maka sebaiknya keinginan tersebut dikabulkan oleh si penjenguk. Sebab, hal ini berarti memberikan kegembiraan dan dukungan moral kepada si sakit.

Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap Sa’ad bin Mu’adz sewaktu ia menjadi korban perang Khandaq. Ketika itu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar Sa’ad dibuatkan kemah di dalam masjid agar beliau bisa menjenguknya dari dekat. Sahabat mana yang tidak suka ditunggui oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan dikunjungi berulang kali? (lihat Bukhari no.463)

BERAPA KALI MENJENGUK SESEORANG?

Hal ini dikembalikan kepada kebiasaan, kondisi penjenguk, kondisi si sakit, berapa jauh hubungan yang bersangkutan dengan si sakit.

Orang yang lama jatuh sakit, maka dia dijenguk dari waktu ke waktu, dalam hal ini tidak ada batasan waktu tertentu.

MENJENGUK ORANG YANG PINGSAN ATAU KOMA

Orang sakit yang dapat merasakan kehadiran kita dan yang tidak dapat merasakan kehadiran kita (misalnya karena pingsan atau koma), sama-sama memiliki hak untuk dijenguk. Janganlah kita enggan menjenguknya, dengan alasan, toh…mereka tidak tahu dijenguk atau tidak…mereka tidak dapat merasakan kehadiran kita.

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, ‘Anjuran menjenguk orang sakit tidak hanya ditujukan agar si sakit mengetahui penjenguknya. Sebab, di balik kunjungan itu ada dukungan moral kepada keluarganya, harpaan mendapatkan berkah dari doa penjenguk, sentuhan tangannya kepada si sakit, meniupkan bacaan mu’awwidzat, dan lain-lain.’ (Fathul baari, 10/119)

DIMANA POSISI DUDUK PENJENGUK?

Orang yang menjenguk, dianjurkan duduk di dekat si sakit.

‘Adalah nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika menjenguk orang sakit, beliau duduk di sisi kepalanya.’ (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, no.536, hadits shahih)

Diantara manfaat duduk di sisi kepala si sakit: memberi rasa akrab kepada si sakit, dan memungkinkan bagi penjenguk untuk menyentuh si sakit, memanjatkan doa untuknya, meniupnya dengan ruqyah, dan lain sebagainya.

MENANYAKAN KEADAAAN SI SAKIT

Ada baiknya kita menanyakan keadaan si sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh Aisyah Radhiyallahu Anha, Ketika Rasulullah shallalallahu alaihi wa sallam tiba di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang demam. Kemudian, kata Aisyah, aku menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)

JANGAN PAKSA SI SAKIT BERCERITA PANJANG LEBAR!

Diantara maksud mengunjungi si sakit adalah untuk meringankan kan penderitaannya, oleh karena itu jangan sampai membebani bahkan menambah penderitaan si sakit ataupun keluarganya.

Satu hal yang dapat membebani si sakit atau keluarganya adalah pertanyaan kronologis musibah atau penyakit. Si sakit atau keluarga diminta untuk menceritakan kronologis kejadian yang cukup panjang; dan repotnya lagi, cerita ini harus diceritakan berulang kali karena hampir setiap pembesuk menanyakan, ‘awal mulanya bagaimana?’ ; ‘kejadiannya bagaimana?’

HIBUR & BERIKAN HARAPAN SEMBUH!

Ada baiknya penjenguk menghibur si sakit atau keluarga si sakit dengan pahala-pahala yang akan di dapat mereka.

‘Setiap muslim yang terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai kesalahannya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunnya.’ (HR. Muslim)

‘Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.’ (HR. Tirmidzi)

‘Saat orang-orang tertimpa musibah diberi pahala di hari kiamat nanti, orang-orang yang selamat dari berbagai musibah tersebut berharap seandainya dahulu di dunia kulit mereka dikerat dengan gergaji besi…’ (HR. Tirmidzi)

Ada baiknya pula penjenguk memberikan harapan sembuh kepada si sakit. Misalnya dengan mengatakan. ‘Tidak perlu kuatir, insya Allah Anda akan sembuh.’ atau ‘penyakit ini tidak berbahaya, Anda akan segera sembuh,insya Allah.’ atau kalimat-kalimat lain yang dapat menumbuhkan semangatnya untuk sembuh.

JANGAN MENAKUT-NAKUTI!

Apa yang kita sampaikan kepada si sakit maupun keluarganya, harus kita perhatikan benar-benar. Ucapkanlah kalimat-kalimat yang baik, yang dapat menumbuhkan motivasi atau meringankan musibah yang dialami mereka. Jangan sampai apa yang kita sampaikan malah menimbulkan rasa takut & cemas terhadap si sakit maupun keluarganya.

Diantara yang dapat menimbulkan rasa takut adalah cerita atau kabar bahwa seseorang mengalami hal yang sama, namun berakhir dengan cacat seumur hidup, dengan kematian….; kalau maksud yang bercerita adalah agar keluarga si sakit berhati-hati dan waspada terhadap musibah yang diderita si sakit, alangkah baiknya jika di kemas dengan kalimat-kalimat yang baik.

MEMAHAMI KELUHAN SI SAKIT

Keluhan yang diucapkan si sakit ada dua kemungkinan:

Pertama, diucapkan sebagai ekspresi kekesalan dan kejengkelan. Hal ini tentnu saja dilarang oleh agama Islam, karena merupakan indikator lemahnya keyakinan dan tidak rela terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kita mendengar keluhan semacam ini, si sakit segera diingatkan, dinasehati dengan cara yang baik.

Kedua, diucapkan dalam rangka memberi informasi tentang dirinya tanpa mengharap belas kasih kepada makhluk dan tidak pula menggantungkan harapan kepada mereka. Hal ini tentu saja boleh dilakukan, bahkan didukung oleh dalil syari:

Ibnu Mas’ud meriwayatkan:

‘Aku pernah menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara beliau sedang menderita demam. Lalu aku menyentuhnya dengan tanganku, kemudian aku mengatakan, ‘Sungguh, Engkau menderita demam yang sangat berat.’ Beliau menjawab, ‘Ya, seperti layaknya demam yang diderita oleh dua orang dari kalian.’ ‘Engkau mendapat dua pahala?’ tanya Ibnu Mas’ud. Beliau menjawab ,’Ya. Tidaklah seorang muslim mengalami penderitaan -sakit dan sebagainya- melainkan Allah akan merontokkan keburukan-keburukannyaa sebagaimana pohon merontokkan daunnya.” (HR. Bukhari no.5667)

MENANGIS DI TEMPAT ORANG YANG SAKIT?

Yang nampak dari kita, hukumnya boleh. Sebab, Abdullah bin Umar meriwayatkan,

‘Sa’ad bin Ubadah pernah mengeluhkan sakit yang di deritanya, kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika beliau menemuinya, beliau mendapatinya sedang dikerumuni oleh keluarganya. Lalu beliau bertanya, ‘Apakah dia sudah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ya Rasulullah!’ Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menangis, dan ketika orang-orang melihat tangisan nabi, maka mereka pun menangis. Lalu beliau bersabda, ‘Tidakkah kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak mengadzab karena linangan air mata maupun kesedihan hati, melainkan mengadzab karena ini -dan beliau menunjuk ke arah lidahnya- atau Dia berbelas kasih. Dan sesungguhnya mayit itu akan disiksa karena tangisan keluarganya yang meratapi (kepergian) nya.’ (HR. Bukhori no.1304)

MENDOAKAN SI SAKIT

Orang yang menjenguk orang sakit hendaknya tidak berkata-kata kecuali sesuatu yang baik. Sebab para malaikat akan mengamini apa yang akan diucapkannya.

Dari Ummu Salamah, doa mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

‘Apabila kamu mendatangi orang sakit atau mayit, maka ucapkanlah kata-kata yang baik. Karena sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.’ Kemudian, kata Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku pun mendatangi Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya mengatakan, ‘Ya Rasulullah, Abu Salamah sudah meninggal dunia.’ Beliau lantas bersabda, ‘Ucapkanlah: Ya Allah, ampunilah aku dan dia, dan berilah aku pengganti yang baik.‘ Ummu Salamah berkata, ‘Lalu aku mengatakannya. Kemudian Allah memberiku pengganti yang lebih baik bagiku daripada dia (Abu Salamah), yakni Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.’ (HR. Muslim no.919)


Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan berdoa agar si sakit diberikan rahmat, ampunan, kebersihan dari dosa, keselamatan, dan kebebasan dari penyakit. Diantara doa yang pernah dibaca oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:

1. Mengucapkan: “Laa ba’sa thohuurun in syaa’allooh.” ‘tidak mengapa, semoga dapat membersihkan kamu (dari dosa) insya Allah.’ (riwayat Bukhari dalam al fath: 10/118)

Kata ‘tidak mengapa’ maksudnya ialah bahwa sakit itu dapat menghapus kesalahan. Jika mendapat kesembuhan setelah sakit, maka berarti mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Dan jika tidak, maka akan mendapatkan keuntungan berpa penghapusan dosa.

2. Membaca doa: “ As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka.” (7x) “Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb ‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu.”

‘Tidak ada seorang muslim yang menjenguk seorang yang sedang sakit yang belum sampai kepada ajalnya, lalu dia membacakan doa As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka tujuh kali, kecuali dia akan sembuh.’ (Shahih At Tirmidzi: 2/210)

RUQYAH KEPADA SI SAKIT

Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan untuk melakukan ruqyah terhadapnya. Terutama kalau si penjenguk termasuk orang yang bertakwa dan shalih. Karena ruqyah yang dilakukannya akan memberikan manfaat yang lebih besar daripada orang lain (karena faktor ketakwaan & keshalihannya tersebut).

Di antara ruqyah syariah yang ada:

1. Ruqyah dengan mu’awwidzatain (surat al ikhlas, al falaq, dan an naas)

‘adalah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika salah satu dari keluarganya sakit, beliau meniup keluarganya dengan (bacaan) mu’awwidzat…’ (HR. Muslim no.2192)

2. Ruqyah dengan surat al fatihah

Hal ini pernah dilakukan oleh Abu Said al Khudri terhadap kepala suku yang tersengat serangga. (lihat HR. Muslim no.2201)

3. Ruqyah dengan doa

‘Adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika salah seorang dari kami mengeluh sakit, maka beliau mengusapnya dengan tangan kanannya, kemudian beliau mengucapkan: “Hilangkanlah penderitaan ini wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan melainkan kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim no.2191)

KARANGAN BUNGA?

Ada sebagian orang yang ketika mengunjungi orang sakit selalu menyempatkan diri untuk membawa karangan bunga kepada si sakit. Ada pula yang menelipkan tulisan yang berisi ungkapan dan harapan agar lekas sembuh. Hal ini dilarang, karena:

1.

tradisi semacam ini berasal dari agama lain, padahal kita dilarang untuk menyerupai perilaku mereka.
2.

mengganti doa untuk si sakit agar diberikan kesucian, rahmat, ampunan, dan kesehatan dengan ungkapan-ungkapan kering dan harapan-harapan yang tidak bisa dimajukan atau diundur.
3.

mengganti ruqyah yang syari melalui bacaan ayat-ayat al quran maupun hadits dengan karangan bunga yang barangkali akan layu sehari atau dua hari kemudian.

MEMBACAKAN SURAT YASIN?

Ada sebagian orang yang membacakan surat yasin kepada orang yang sakit, terutama jika si sakit sudah sangat parah, koma, atau jika dalam keadaan menjemput ajal.

Mereka berdasarkan pada:

“Tidak seorang pun yang akan mati, lalu dibacakan buatnya surat yasin, kecuali pasti diringankan/dimudahkan kematiannya.”

Keterangan:

hadits ini derajatnya “Maudhu/palsu”, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalan Akhbar al Asbahan 1/188, di dalamnya ada seorang perowi yang suka memalsukan hadits yang bernama ‘Marwan bin Salim Al Jazari’. Imam Bukhori dan Muslim mengatakan bahwa Marwan bin Salim dalam meriwayatkan hadits tergolong ‘MUNGKARUL HADITS’ (lihat: Mizanul I’tidal 4/90).

“Bacakanlah surat Yasin untuk orang-orang yang akan mati di antara kamu.”(Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, Nasa’i. Derajat hadits Dhaif.)

Karena hadits-hadits di atas adalah dhaif & maudhu/palsu, maka pembacaan surat yasin untuk orang-orang yang akan mati tidak dapat diamalkan. Hal ini sebagaimana keterangan para ulama bahwa hadits lemah tidak dapat dipakai sebagai dasar suatu amalam meskipun hanya fadhaail amal. Soal aqidah, ibadah, muamalah, maupun fadhaail amal harus berdasarkan dalil yang shahih. Di antara salah satu sebab munculnya bidah adalah karena pengamalan hadits-hadits lemah maupun palsu. Tidak dibenarkan menetapkan hukum syari, baik hukum mustahab (sunnat) atau hukum lainnya dengan hadits lemah. Inilah pendapat yang benar. Konsekuensinya, tidak ada perbedaan antara hadits tentang fadhaail amal dengan hadits tentang hukum. Inilah pendapat mayoritas ulama, seperti Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqolani, Imam Asy Syaukani, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan dan Syaikh Muhammad Syakir serta lainnya.

PERLUKAH EUTHANASIA?

Terkadang, karena sakit yang diderita sangat berat, atau keluarga sudah tidak tega melihatnya; serta menurut ilmu medis, pasien tersebut tidak dapat sembuh, baginya kematian hanya soal waktu; seseorang disarankan atau meminta suntikan euthanasia, sehingga si sakit dapat segera terbebas dari penderitaan yang sering dialaminya selama ia masih hidup.

Euthanasia sebaiknya tidak dilakukan, hal ini karena: euthanasia menghalangi si sakit ataupun orang-orang di sekitar si sakit untuk mendapatkan manfaat dari status kehidupannya.

Dengan tetap hidup dengan kondisi semacam itu, si sakit akan dihapus catatan buruknya dan diangkat derajatnya, jika ia memiliki iman dan ihsan.

Dengan tetap hidup, yang bersangkutan terkadang mendapatkan doa yang baik dan diterima oleh Allah. Sehingga disembuhkan oleh Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, atau diampuni dosa-dosanya berkat doa sesama muslim yang ditujukan kepadanya.

Dengan tetap hidup, maka catatan buruk keluarganya yang dirundung kesedihan dan kegelisahan akan dihapus.

‘Tidaklah seorang muslim mengalami kepayahan, kesakitan, kegelisahan, kesedihan, gangguan, maupun kesusahan, bahkan duri yang menusuknya, melainkan dengan itu Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. ‘ (HR. Bukhari no.5642)

Dengan tetap hidup, maka kebajikannya akan tetap mengalir dan tidak terputus, terutama jika yang bersangkutan adalah seorang ayah atau ibu.

Dan dengan tetap hidup, maka pahala akan tetap melimpah kepada orang yang menjenguk dan mengunjungi si sakit. Penjenguk akan mendapatkan shalawat dari 70 ribu malaikat yang ditugaskna mendoakannya, insya Allah.

Semoga bermanfaat, Allahu A’lam

Anak ,Perhiasan Sekaligus Ujian

Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:

ٱلۡمَالُ وَٱلۡبَنُونَ زِينَةُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا‌ۖ

“Harta dan anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia “(QS. Al-Kahfi:46)
Ya tentu saja, anak adalah perhiasan kehidupan dunia. Betapa jiwa kita merasa bahagia menyaksikan mereka dan hati pun bergembira saat bercanda ria dengan mereka.

Namun waspadalah, sebab anak adalah fitnah (ujian).

Dan Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:
إِنَّمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةٌ۬‌ۚ وَٱللَّهُ عِندَهُ ۥۤ أَجۡرٌ عَظِيمٌ۬

“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (QS. At-Taghaabun:15)

Jangan kita terpedaya!
Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allooh Subhannahu Ta’ala. Ia menjadi angkuh dan berbangga diri karena anaknya, merasa paling tinggi dari orang lain. Ia sombong dan takabbur, bahkan merendahkan orang lain dan berlaku aniaya. Maka hal itu hanya mengantarkannya ke neraka.
Simak firman Allooh Subhannahu Ta’ala berikut ini:

(وَمَآ أَرۡسَلۡنَا فِى قَرۡيَةٍ۬ مِّن نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتۡرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرۡسِلۡتُم بِهِۦ كَـٰفِرُونَ (٣٤

(وَقَالُواْ نَحۡنُ أَڪۡثَرُ أَمۡوَٲلاً۬ وَأَوۡلَـٰدً۬ا وَمَا نَحۡنُ بِمُعَذَّبِينَ (٣٥

(قُلۡ إِنَّ رَبِّى يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقۡدِرُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٣٦

وَمَآ أَمۡوَٲلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَـٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَـٰلِحً۬ا فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ

(لَهُمۡ جَزَآءُ ٱلضِّعۡفِ بِمَا عَمِلُواْ وَهُمۡ فِى ٱلۡغُرُفَـٰتِ ءَامِنُونَ (٣٧


Dan Kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatanpun, melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata:”Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya”.

Dan mereka berkata:”Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan di azab”.

Katakanlah:”Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan menyempitkan (bagi siapa yang dikendaki-Nya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam jannah). (QS. Saba’: 34-37)

Anak, kerap kali mendorong ayah untuk meghalalkan usaha yang haram. Demi masa depan anak katanya…
Ia pun berusaha keras mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, dengan segala cara, sekalipun ia harus mendzhalimi yang lemah, memusuhi manusia atau memutus tali silaturrahim.


Anak, kadang membuat seorang hamba menjadi kikir dan penakut. Saat ingin bersedekah, setan datang kepadanya seraya berkata,”Anakmu tadi minta ini dan itu! Maka demi anaknya, ia pun urung menginfakkan hartanya di jalan Allooh Subhannahu Ta’ala. Padahal yang diminta oleh anaknya itu bukanlah suatu kebutuhan primer.


Benarlah sabda Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam:
“Sesungguhnya anak bisa membuat seseorang menjadi bakhil, penakut, jahil dan bersedih.” (HR. Al-Hakim (5284) dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’(1990))


Ketika ia harus mengatakan kalimat yang hak, ia berfikir dua kali. Ia takut petaka akan menimpa dirinya dan anak kesayangannya. Ia pun memilih diam daripada menyampaikan kebenaran.

Ketika anak jatuh sakit, rasa iba mendorong orang tua bertindak bodoh, melanggar syari’at agama dengan ucapan maupun perbuatannya, mengugat takdir Allooh dan tidak menerima ketetapan-Nya. Ia pun membawa anaknya ke dukun padahal Nabi melarang pebuatannya itu.


Yang parah lagi, ada pula anak yang mendorong orang tuanya kepada kesesatan dan kekafiran, Wallaahul musta’an.


Perhatikanlah orang yang tertipu disebabkan anak-anaknya dan tidak mensyukuri nikmat Allooh ini! Ia adalah seorang kafir Makkah bernama Khalid bin Mughirah. Allooh Subhannahu Ta’ala berkata tentangnya:
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.

Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,

dan anak-anak yang selalu bersama dia,

dan Ku-lapangkan baginya (rezki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya,

kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya.

Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur’an).

Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. (QS. Al-Muddatstsir: 11-17)
Dia adalah lelaki yang dikarunia anak-anak dan Allooh menjadikan ia selalu bersama mereka untuk mengais rizki. Bahkan rizki lah yang mengelilinginya. Dan anak-anaknya senantiasa berada di sisi nya menjadi hiburan baginya. Walau demikian, ia tidak mensyukuri nikmat Allooh, bahkan dibalasnya dengan kekufuran.
Akibatnya, Allooh Subhannahu Ta’ala berfirman:

Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar.

Tahukah kamu apa (naar) Saqar itu

Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.

(Naar Saqar) adalah pembakar kulit manusia. (QS. Al-Muddatstsir: 26-29)


Lalu bagaimana caranya agar kita terhindar dari fitnah (godaan) ini?
Jadikanlah cinta pertama kita untuk Allooh Subhannahu Ta’ala. Jadikan manusia yang paling kita cintai adalah Rosul-Nya dan bertakwalah kepada Allooh dalam mengurus mereka.


Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam mengajarkan bahwa di antara yang dapat menghapuskan keburukan akibat godaan anak adalah mengerjakan sholat, puasa, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar. Rosulullooh Shololloohu ‘alahi Wassallam bersabda:
“Gangguan menimpa seseorang disebabkan keluarga, harta, anak, diri dan tetangganya dapat dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh dan beramar ma’ruf nahi munkar.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Walloohu a’lam bish showab.

Sabtu, 12 Maret 2011

KIAT MENDIDIK ANAK

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka
selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang
cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap
menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-
hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga
orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya,
jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan
keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa
karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan
tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik
dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya.
Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai
berikut:

1. Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca
basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak
mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red).
Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang
makan.

2. Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya
mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam
mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan
jangan sampai mengotori pakaian.

3. Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus
pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan
kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu
banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini
untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut
saja.

4. Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal
makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu
cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia
melepaskannya.

5. Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan
warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu
hanya untuk kaumwanita.

6. Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya
mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya
hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-
hal ini.

7. Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa
bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka
bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang
jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia
memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras
kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang
salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan
memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.

8. Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-
buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya,
hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia
juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah
orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa
mencintai dan menela-dani mereka.

Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah,
Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar
tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang
banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat
kemampuan anak.

9. Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya
sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan
jiwa.

10. Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-
syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan
kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.

11. Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan
segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-
kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan
disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang
dilakukannya tidak baik.

12. Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi
di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan
kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci
dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi,
sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh
lagi dengan kemarahan.

13. Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi
dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali
pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan
perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak
bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan
dari ayah.

14. Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan
rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari
jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan
dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan
dan melemahnya kondisi badan.

15. Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk
karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam
kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena
terlalu lama tidur dan kurang gerak.

16. Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi,
sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan
bahwa itu tidak baik.

17. Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu
pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah
(atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa
menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.

18. Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak
(berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.

19. Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya,
pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia
ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.

20. Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu
mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan
rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan,
melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.

21. Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari
keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan
menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap
tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu
adalah perbuatan mulia dan terhormat.

22. Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat
umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama
muslim dan banyak menguap.

23. Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan
menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan
memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak.
Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa sallam.

24. Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau
dzikir kepada Allah.

25. Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau
dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.

26. Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti
melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-
orang yang suka melakukan hal itu.

27. Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam
kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan
mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.

28. Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk
melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar,
membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.

29. Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus
diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan
bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan
berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-
perintah.

30. Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru,
pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua.
Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa
mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).

31. Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa
tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah
ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di
antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi
pendidikan anak perempuan.

Wallahu a’lam.

Mulia Di Akhirat & Meraih Dunia dengan Ilmu

”Hidup bahagia,mati masuk syurga” yup,pasti setiap orang ingin seperti itu.Jadi apa yang dapat kita lakukan untuk mewujudkannya?

Allah Ta’ala telah mengajarkan sebuah doa dalam firmanNya:

”Wahai Rabb kami,berilah kami kebaikan di dunia, dan kebaikan di akhirat” (QS.Al-Baqarah : 201)

Al-Hasan rahimahullah (wafat th. 110 H) berkata, ”Yang dimaksud kebaikan dunia adalah ilmu dan ibadah, dan kebaikan akhirat adalah Syurga ”Sedangkan Ibnu Wahb (wafat th.197 H) rahimahullah berkata, ”Aku mendengar Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata ”Kebaikan di dunia adalah rizki yang baik dan ilmu, sedangkan kebaikan di akhirat adalah syurga”


Perhatikanlah bagaimana para ulama memegang ilmu sebagai sumber kebaikan di dunia,yang dengannya dapat diraih pula kebaikan di akhirat berupa syurga.Karena itu, hal utama yang harus kita lakukan untuk mewujudkan kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan terus menerus mengejar ilmu dengan mengikhlaskan niat karena Allah Ta’ala.Ilmu yang dimaksud adlah ilmu yang bermanfaat.

Imam Ibnu Rajab (wafat th.795 H) rahimahullah mengatakan bahwa ”Ilmu yang bermanfaat menunjukkan pada dua hal : Pertama,mengenal Allah Ta’ala dan segala pa yang menjadi hak-Nya berupa nama-nama yang indah, sifat-sifat yang mulia, dan perbuatan-perbuatan yang agung. Hal ini mengharuskaan adanya pengagungan, rasa takut,cinta,harap,dan tawakkal kepada Allah serta ridha terhadap takdir dan segala musibah yang Allah Ta’ala berikan.

Kedua, mengetahui segala apa yang dibenci dan dicintai Allah Azza wa Jalla dan menjauhi apa yang dibenci dan dimurkai olehNya berupa keyakinan, perbuatan yang lahir dan bathin. Hal ini emengharuskan orang yang mengetahuinya untukbersegera melakukan segala apa yang dicintai dan diridhoi oleh Allah Ta’ala dan menjauhi segala apa yang dibenci dan dimurkai-Nya. Apabila ilmu itu menghasilkan kedua hal ini bagi pemiliknya, maka inilah ilmu yang bermanfaat.

Kapan saja ilmu itu bermanfaat dan menancap dalam hati maka sungguh, hati itu akan tunduk dan meras patuh pada Allah Azza wa Jalla, jiwa merasa cukup dan puas dengan sedikit dari keuntungan dunia yang halal dan merasa kenyang dengannya sehingga hal itu menjadikannya qanaah dan zuhud di dunia.”

Rasululah Salallahu Allaihi Wasallam mendoakan orang-orang yang mendengarkan sabda beliau dan memahaminya dengan keindahan dan berserinya wajah. Beliau bersabda :

”Semoga Allah memberikan cahaya pada wajah orang yang mendengarkan sebuah hadist dari kami, lalu menghafalkannya dan menyampaikannya kepada orang lain. Banyak orang yang membawa fiqih namun dia tidak memahami. Dan banyak orang yang menerangkan fiqih pada orang yang lebih faham darinya. Ada tiga hal yang tidak dapat dpungkiri hati seorang muslim selama-lamanya: melakukan sesuatu dengan ikhlas karena Allah, menasehati ulul amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jama’ah kaum muslimin,karena do’a mereka meliputi orang-orang ayng berada dibelakang mereka.”

Beliau bersabda,

”Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan kekuatannya,menjadikan kekayaan di hatinya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang tealah ditetapkan baginya.” (Hadist Shahih diriwayatkan oleh Ahmad (V/183),ad-Darimi(I/75),Ibnu Hibban (no 72,73-Mawarid),Ibnu’Abdil Barr dalam Jaami’Bayaanil’Ilmi wa Fadhlihi(I/175-176,no.184),lafazh hadist ini milik Imam Ahmad dari Abdurrahman bin Aban bin ’Utsman radhiyallahu’anhum)

Jadi, ayo semangat menuntut ilmu..!! supaya bahagia dunia dan akhirat, insyaAllah. Jangan lupa ikhlaskan niat pada Allah Subhanahu Wata’ala.

Israil bin Yunus (wafat th.160 H) rahimahullah mengatakan,

”Barangsiapa menuntut ilmu karena Allah Ta’ala, maka ia mulia dan bahagia di dunia.Dan barangsiapa menuntut ilmu bukan karena Allah, maka ia merugi di dunia dan akhirat.”

Dan diantara doa yang Rasulullah ucapkan adalah : ”Ya Allah, aku memohon kepadaMu ilmu yang bermanfaat,rizki yang halal, dan amal yang diterima.”

Wallahu’alam bishowab

Disarikan dari buku: Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawaz

Tiga Orang yang Suka Pamer

Sungguh tragis, orang yang beramal namun tak ikhlas. Segala upaya, daya dan harta yang dikeluarkan menjadi sia-sia. Semuanya justru menjadi petaka ketika akhirat tiba.

Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan: Aku pernah mendengar Rasulullah Shollallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda:

“Sesungguhnya orang yang pertama kali diberi keputusan pada hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid. Lalu ia didatangkan dihadapan Allah. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’

Ia berkata, ‘Aku berperang karena diri-Mu, hingga aku mati syahid.’

Allah berfirman, ‘Engkau telah berdusta. Sesungguhnya engkau berperang agar dikatakan sebagai pemberani dan hal itu telah dikatakan.’

Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret mukanya hingga ia dilemparkan ke neraka.

Lalu seseorang yang belajar suatu ilmu kemudian mengajarkannya, dan membaca Al-Qur’an lalu didatangkan di hadapan Allah. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’

Ia menjawab, ‘Aku mempelajari suatu ilmu dan mengajarkannya serta membaca al-Qur’an karena-Mu.’

Allah berfirman: ‘Engkau berdusta. Sebenarnya, engkau mempelajari suatu ilmu, mengajarkannya dan membaca al-Qur’an agar dikatakan bahwa engkau adalah orang yang ahli membaca. Dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret mukanya hingga ia dilemparkan ke api neraka.

Lalu ada seorang yang telah Allah berikan kepadanya kelapangan dan berbagai macam harta. Kemudian Allah memperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatanNya yang diberikan kepadanya. Lalu orang tersebut mengakuinya. Allah pun berfirman, ‘Apa yang kamu kerjakan padanya?’

Ia menjawab, ‘Tidak ada suatu jalan yang Engkau senang untuk diberi infak kecuali aku telah mengeluarkan infak padanya demi Engkau.’

Allah berfirman, ‘Engkau telah berdusta. Tapi engkau melakukannya agar dikatakan sebagai orang yang dermawan dan hal itu telah dikatakan.’ Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa, lalu diseret mukanya, kemudian dilemparkan ke dalam neraka.”

(Hadits Riwayat Muslim)

Penjelasan

Hadits Abu Hurairah radhiallu ‘anhu mengenai orang yang pertama kali diberi keputusan pada Hari Kiamat itu menceritakan tentang tiga golongan : Pelajar, Orang yang berperang, dan orang yang bersedekah. Si pelajar mempelajari suatu ilmu, mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. Kemudian Allah mendatangkannya pada Hari Kiamat dan memperlihatkan kepadanya nikmat-Nya yang diberikan kepadanya dan ia pun mengakuinya. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang telah engkau lakukan?” yakni dalam mensyukuri kenikmatan ini. Maka ia berkata, “Aku mempelajari dan membaca Al-Qur’an karena Engkau.” Lalu Allah berkata kepadanya, “Engkau telah berdusta. Tapi engkau belajar agar dikatakan sebagai orang yang alim dan engkau membaca al-Qur’an agar dikatakan orang yang pandai membaca, bukan karena Allah. Tapi karena ingin dilihat orang.”

Kemudian diinstruksikan untuk dibawa lalu diseret wajahnya ke dalam api neraka. Ini adalah dalil yang menunjukkan, wajib bagi seorang penuntut ilmu agar mengikhlaskan niatnya untuk Allah. Ia tidak mempedulikan apakah orang-orang menyebutnya “Orang Alim” , “syaikh”, “ustadz”, “mujtahid”, atau yang sejenisnya. Ini tidaklah penting baginya. Tak ada yang penting baginya, kecuali ridha Allah, menjaga syariat, mengajarkannya, menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari hamba-hamba Allah. Dengan demikian, tertulis baginya pahala syahid yang kedudukannya berada seteah kedudukan orang-orang yang jujur . Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

“Dan barangsiapa yang metaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang shalih.” (an-Nisa : 69)

Adapun orang yang belajar bukan untuk tujuan hal tersebut, yaitu agar ia dikatakan sebagai orang yang alim, seorang mujtahid, orang yang sangat berilmu dan yang serupa dengannya maka amalannya akan hilang, na’udzubillah. Ia adalah orang yang pertama diberikan keputusan dan diseret wajahnya ke daam api neraka dan didustakan serta dijelekkan pada Hari Kiamat.

Orang yang kedua adalah orang yang berperang. Ia berperang di jalan Allah kemudian terbunuh. Pada Hari Kiamat, Ia akan dating kepada Allah Subhaanahu wa Ta’ala kemudian Allah perlihatkan kepadanya nikmat-Nya yang telah diberikan kepadanya. Lalu ia mengetahui kenikmatan tersebut yaitu Allah panjangkan umurnya, mempersiapkannya, memberikan rizki, dan kekuatan kepadanya, hingga akhirnya ia sampai kepada tingkatan ini yaitu berperang. Kemudian ia ditanya, “Apa yang engkau perbuat dengan kenikmatan tersebut?”

Ia menjawab, “Wahai Rabbku aku berperang karena-Mu.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau telah berdusta, engkau berperang aar dikatakan sebagai orang yang pemberani dan hal ini telah dikatakan.”

Kemudian diperintahkan agar ia dibawa dan diseret wajahnya ke api neraka. Demikianlah orang yang berpang di jalan Allah. Orang yang berperang di jalan Allah memiliki niat bermacam-macam. Barangsiapa yang berperang karena dorongan nasionalisme, maka ia berada di jalan thaghut. Barangsiapa yang berperang karena fanatisme golongan, maka ia berada dijalan thaghut. Dan barangsiapa yang berperang agar mendapatkan bagian dari dunia, maka ia berada di jalan thaghut. Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut.” (an-Nisa:76)

tapi jika seseorang berperang karena kesukuan dan nasionalisme dibandingkan dengan untuk melindungi tanah air dari kejahatan orang-orang kafir, maka ini adalah berjuang di jalan Allah. Sebab, melindungi Negara kaum Muslimin buahnya adalah kalimat Allah yang akan jadi paling tinggi.

Tapi jika seseorang berperang agar ia dapat terbunuh saja dalam peperangan tersebut, apakah ia berada di jalan Allah? Jawabnya adalah, “Tidak.” Inilah niat kebanyakan para pemuda. Mereka pergi dengan tujuan agar mereka terbunuh dan berkata, “Kami berperang dan terbunuh sebagai orang yang syahid.” Maka dikatakan, “Tidak.” Hendaknya kalian pergi berperang agar kalimat Alah menjadi paling tinggi, walaupun harus tetap demikian. Jangan kalian pergi, dengan niat semata perang. Tapi pergilah dengan niat meninggikan kalimat Allah menjadi paling tinggi. Dengan demikian, jika terbunuh, kalian berada di jalan Allah.

Adapun orang yang ketiga adalah orang yang Allah berikan kenikmatan kepadanya dengan hara. Ia bersedekah, memberi, dan berinfak. Pada Hari Kiamat, ia dihadapkan kepada Allah dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya. Ia mengakuinya. Lalu Allah bertanya kepadanya, “Apa yang engkau lakukan trhadap kenikmatan itu?”

Ia menjawab, “Aku bersedekah dan melakukan ini dan ini.” Maka dikatakan kepadanya, “Engkau telah berbiohong. Engkau melakukannya agar dikatakan bahwa si fulan adalah orang yang dermawan dan mulia. Hal itu telah dikatakan.” Kemudian diperintahkan agar orang tersebut dibawa lalu diseret wajahnya ke dalam api neraka. Orang ini termasuk dalam tiga golongan yang dibakar api neraka pada Hari Kiamat.

Disini terdapat dalil yang menunjukkan wajibnya seseorang untuk mengikhlaskan niat bagi Allah dalam setiap yang ia berikan, berupa harta, badan, ilmu, dan lainnya. Jika ia melakukan sesatu yang diharamkan untuk mendapatkan pahala dari Allah Subhaanahu wa Ta’ala lalu ia simpangkan kepada yang lainnya maka ia telah berdosa.

Maroji : Diketik ulang oleh Ummu ‘Umar untuk Jilbab Online. Tulisan diambil dari buku : Memetik Hikmah dari Telaga Sunnah” halaman 163-169, Buku karya dari Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, kemudian yang dihimpun ditata, dan ditakhrij ayat-ayat dan hadits-hadits yang tertera dalam buku ini oleh Shalahuddin Mahmud as-Sa’id .Penerbit : Pustaka At-Tazkia.

Selasa, 08 Maret 2011

KEUTAMAAN MENUTUP AURAT

oleh Khusna Amanati

Segala puji bagi Allah subhanahu wata’ala, selawat dan salam atas Nabi dan Rasul terakhir Muhammad sallallahu ‘alaihisallam, kepada keluarganya sahabatnya.



Seorang wanita muslimah akan menemukan di dalam hukum islam ada perhatian yang sangat tinggi terhadap dirinya agar dapat menjaga kesuciannya, agar dapat menjadi wanita mulia dan memiliki kedudukan yang tinggi. Dan syarat-syarat yang diwajibkan pada pakaian dan perhiasannya tidak lain adalah untuk mencegah kerosakan yang timbul akibat tabarruj (berhias diri). Syariat Ini pun bukan untuk mengekang kebebasannya akan tetapi sebagai pelindung baginya.



KEUTAMAAN MENUTUP AURAT



Pertama: merupakan tanda ketaatan seorang muslimah kepada Allah dan Rasul-Nya.



Allah telah memerintahkan para wanita untuk menggunakan hijab sebagaimana firman Allah:



وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ



“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya.” (QS. An Nuur: 31)



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:



وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الأولَى



“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah.” (QS. Al Ahzab: 33)



Kedua, Hijab itu Iffah (Menjaga diri).



Allah menjadikan kewajiban menggunakan hijab sebagai tanda ’Iffah (menahan diri dari maksiat). Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:



يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا



“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)



menutupi tubuh mereka untuk menghindar dan menahan diri dari perbuatan dosa, karena itulah Allah menjelaskan manfaat dari hijab ini, “kerana itu mereka tidak diganggu.” Ketika seorang muslimah memakai hijabnya dengan benar maka orang-orang fasik tidak akan mengganggu mereka dan pada firman Allah “kerana itu mereka tidak diganggu"



Ketiga, Hijab itu kesucian.



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:



وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ



“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri- isteri Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al Ahzab: 53)



Allah subhanahu wa ta’ala menyifati hijab sebagai kesucian bagi hati orang-orang mukmin, laki-laki maupun perempuan. Kerana mata bila tidak melihat maka hati pun tidak akan bernafsu. Pada keadaan ini maka hati yang tidak melihat maka akan lebih suci. Keadaan fitnah (godaan) bagi orang yang banyak melihat keindahan tubuh wanita lebih jelas dan lebih nampak. Hijab merupakan pelindung yang dapat menghancurkan keinginan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.



Keempat, Hijab adalah pelindung.



Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:



“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)



Kelima, Hijab itu adalah ketakwaan.



يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ



”Hai anak Adam, Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. dan pakaian takwa Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf: 26)



Keenam, Hijab menunjukkan keimanan.



Allah subhanahu wa ta’ala tidaklah berfirman tentang hijab kecuali bagi wanita-wanita yang beriman, sebagaimana firmannya, ”Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman.” (QS. An-Nuur: 31), juga firman-Nya: ”Dan isteri-isteri orang beriman.” (QS. Al-Ahzab: 59)



Dalam ayat-ayat di atas Allah menyeru kepada wanita beriman untuk memakai hijab yang menutupi tubuhnya. Ketika seorang wanita yang benar imannya mendengar ayat ini maka tentu ia akan melaksanakan perintah Tuhannya dengan senang hati. Maka bagaimanakah iman seorang wanita yang mengetahui ada perintah dari Rabbnya kemudian ia tidak melaksanakannya, bahkan ia melanggarnya dengan terang-terangan di hadapan umum?



Ketujuh, Hijab adalah rasa malu.



Rasulullah bersabda:



إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الْأُوْلىَ : إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ



“Sesungguhnya yang didapatkan manusia pada ucapan nubuwwah yang pertama kali: Jika kalian tidak malu maka lakukanlah perbuatan sesuka kalian.” (HR. Bukhari)



Wanita yang membuka auratnya tidak disangsikan lagi bahwa tidak ada rasa malu darinya, ia menampilkan perhiasan yang tidak selayaknya dibuka, ia mempamerkan barang berharganya yang hanya layak untuk ia berikan kepada suaminya, ia membuka sesuatu yang Allah perintahkan untuk menutupnya!



Kelapan, Hijab adalah ghirah (rasa cemburu).



Hijab berbanding dengan perasaan cemburu yang menghinggapi seorang wanita sempurna yang tidak senang dengan pandangan-pandangan khianat yang tertuju pada isteri dan anak perempuannya. Betapa banyak pertikaian yang terjadi karena wanita, betapa banyak tindakan buruk yang terjadi kepada wanita serta betapa banyak seorang lelaki gagah yang menjadi rosak kerana wanita. Wahai para wanita jagalah aurat kalian supaya kalian menjadi wanita-wanita yang terhormat! Wahai para lelaki perintahkanlah kepada keluargamu untuk menutup auratnya dan cemburulah kepada orang-orang yang dekat denganmu yang membuka auratnya di hadapan orang lain karena tidak ada kebaikan bagi seseorang yang tidak mempunyai perasaan cemburu!.



HIKMAH DARI FIRMAN ALLAH:



الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ



”Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera.” (QS. An Nuur: 2)



Dalam ayat ini Allah menyebutkan seorang pezina perempuan terlebih dahulu daripada pezina laki-laki, kerana dalam perzinaan seorang wanitalah yang menentukan akan terjadi atau tidaknya perzinaan, ketika seorang wanita membuka hijabnya dan membuka dirinya untuk berdua-duaan dengan seorang lelaki maka wanita ini telah membuka pintu selebar-lebarnya untuk terjadinya perzinaan! Wallahul musta’an.

_________________

"sebaik2 manusia ialah mereka yang paling mulia akhlaknya"

Dengan rahmatMu YA ALLAH...pimpinlah daku selalu.. ampuni segala dosaku & terima setiap usahaku sebagai ibadah di sisiMU

Minggu, 06 Maret 2011

Dalil2 Rukun Shalat

Dalil- dalil kaifiat sholat
1.Dalil tentang tata cara takbir

–وفى صحيح مسلم عن مالك ابن الحويرث ان رسول الله ص م كان اذاكبر رفع الىيديه حتى يحاذى بهما اذنيه واذا ركع رفع يديه حتى يحاذى بهما اذنيه واذا رفع رءسه من الركوع فقال" سمع الله لمن حمده " فعل مثل ذالك

-عن وائل عند ابى داود بلفظ : حتى كانتا حيال منكبيه وحاذى بابهاميه اذنيه.

Artinya :- tersebut dalam shohih muslim dari Malik bin Huwairis, bahwa Rosulullah SAW apabila bertakbir Ia mengangkat kedua tanganya sampai sejajar pada telinganya, begitu juga bila hendak rukuk, dan bila mengangkat kepalanya dari rukuk lalu mengucapkan : "sami'allahuliman hamidah", ia mengerjakan demikian juga.
-Dari wail dengan kalimat : "sehinga kedua tangannya itu selempang dengan bahunya serta ibu jarinya sejajar dengan telinganya "

2. Dalil tentang cara meletakkan tangan

– لحديث وائل قال : صليت مع رسول الله صم ووضع يده اليمنى على يده اليسرى على صدره.( رواه ابن حزيمة) فى صحيحه.
Artinya: menilik hadits shohih dari wail yang berkata: "saya sholat bersama Rosulullah SAW. dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya diatas dadanya".(Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dishohihkannya).

-وفى حديث وائل عند ابى داود والنسائ :ثم وضع يده اليمنى على ظهر كفه اليسرىوالرسغ والساعد.

Artinya: Dan dalam hadits dari Wail juga menurut riwayat Abu dawud dan Nasa'i: "lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak tangan kirinya, serta pergelangan dan lengannya.

3. Dalil tentang tata cara rukuk

-لحديث ابى حميد الساعدى رض قال : انا كنت احفظكم لصلاة رسول الله صم رايته اذا كبر جعل يديه حذو منكبيه واذا ركع امكن يديه من ركبتيه ثم هصر ظهره فاذا رفع راسه استوى حتى يعود كل فقار مكانه–

Artinya: karena hadits dari Abu Humaid Sa'idi r.a yang berkata: "saya lebih ermat (hafal) dari padamu tentang sholat Rosulullah SAW. kulihat apabila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus dengan bahunya dan apabila ruku' meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungny, lalu apabila mengangkat kepalanya Ia berdiri tegak sehingga luruslah tiap tulang- tulang punggungnya seperti semula,

4. Dalil tentang tatacara sujud

- فاذا سجد وضع يديه غير مفترش ولا قابضهما واستقبل باطراف اصابع رجليه القبلة
Artinya: lalu apabila sujud, Ia letakkan kedua telapak tangannya pada tanah dengan tidak meletakkan lengan dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung- ujung jari kakinya diarahkan ke qiblat.




-عن ابن عباس رض قال:قال رسول الله صم "أمرت ان اسجد على سبعة أعظم : علىالجبهة –وأشار بيده الى أنفه – واليدين،ولركبتين، وأطراف القدمينز (متفق عليه)
Artinya: dari Ibnu Abbas R.A berkata: rosulullah SAW bersabda: "aku diutus agar bersujud atas 7 tulang: yaitu; dahi -tangannya sambil menunjuk pada hidungnya- kedua tangan, kedua lutut dan ujung-ujung kaki".


5.Dalil tentang bacaan takhiyat awal

عن ابن مسعود فال : ان محمدا صم قل : اذا قعدتم فى كل ركعتين فقولوا " التحياة لله والصلواة والطيبات السلام عليك ايها النبي ورحمة الله وبركاته. السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين. اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا عبده ورسوله" ثم اليتخير احدكم من الدعاء اعجبه اليه فليدع به ربه عز وجل (رواه احمد والنسائ)
Artinya: dari Ibnu Mas'ud, ia berkata: sungguh nabi Muhammad SAW berkata: apabila kalian duduk pada tiap- tiap dua rekaat, bacalah: Atthiyya- tu lilla-h, washshalawa-tu wath-thayyiba-t, asssala-mu 'alaika ayyu-han Nabiyyu wa rahmatulla-hi wabaraka-tuh, assala-mu 'alaina-wa 'ala 'ba-dilla-hish sha-lihi-n. asyhadu alla- ila-ha illalla-h wa asyhadu anna muhammadan 'abduhu- wa rasu-luh"lalu pilihkan do'a yang disukai dan berdo'alah dengan itu kepada Tuhannya.(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa'i)

- عن كعب ابن عجرة عن النبى صم انه كان يقول فى الصلاة "اللهم صلى على محمد وعلى ال محمد كما صليت على ابراهيم وال ابراهيم وبارك على محمد وال محمد كما باركت على ابراهيم وال ابراهيم انك حميد مجيد "
Artinya: dari Ka'ab bin Ujroh, bahwa Nabi SAW membaca sholawat: "Alla-humma shalli 'ala- muhammad wa 'ala- a-li muhammad kama- shallaita ala-ibra-hi-m wa a-li ibra-him wa ba-rik 'ala- muhammad wa a-li muhammad kama- ba-rakta 'ala- ibra-him wa a-li ibra-him innaka hami-dum maji-d".

6. Dalil tentang menunjuk jari pada saat tasyahud

-ولمافى صحيح مسلم عن ابن عمر رض ان رسول الله صم كان اذا قعد فىالتشهد وضع يده اليسر علىركبته اليسرى ووضع يده اليمنى على ركبته اليمنى وعقل ثلاثا وخمسين واشار باصبعهالسبابة.
Artinya: dan yang tersebut dalam shohih Muslim, dari Ibnu Umar ra. bahwa rosulullah SAW jika duduk dalam tasyahud, meletakkan tangankirinya diatas lutut kirinya dan tangan kanan diatas lutut kanannya serta menggenggamkannya seoerti membat isyarat" lima puluh tiga" dengan mengacungkan jari telunjuknya.

7. Dalil tentang tatacara salam

-ولحديث سعد قال :كنت ارى رسول الله صم يسلم عن يمينه وعن يساره حتى ارى بياض خده (رواه مسلم فى صحيحه).
Artinya: karena hadits dari Sa'ad :"saya melihat Rosulullah SAW bersalam kearah kanan dan kearah kirinya, sampai kulihat putih pipinya".(diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shohihnya).


Walla-hu a'lam bish-showab.

Shalat

SIFAT SHALAT NABI MENURUT MUHAMMADIYAH DAN BEBERAPA ULAMA

GERAKAN DAN BACAAN DALAM SHALAT
1. Qiyam dan menghadap qiblat
عن عمران بن حصين رضي الله عنه سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صلىة الرجل قاعدا قال: إن صلى قائما فهو أفضل ,وإن صلى قاعدا فله نصف أجر القائم ومن صلى نائما فله نصف أجر القاعد(أخرجه السبعة إلا مسلم) غاية الأحكام فى أحاديث الأحكام ج.2ص.582.
Dari Umar Ibnu Husain r.a beliau bertanya tentang shalatnya seseorang dengan berdiri, beliau bersabda jika ia shalat dengan berdiri maka itu lebih afdhal, jika ia shalat dengan duduk maka pahalanya separuh dari shalat dengan berdiri, dan barang siapa shalat dengan berbaring maka pahalanya separuh dari shalat dengan duduk. (Diriwayatkan oleh imam yang tujuh kecuali Muslim).
فولّوجهك شطر المسجد الحرام (البقرة : 144 )
Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. (al-Baqarah: 144)
إذا قمت الى الصلاة فأسبغ الوضوء ثمّ اســتـقـبـل الـقـبــلة فكــبـّّر (رواه مسلم)
Apabila engkau hendak melaksanakan shalat maka sempurnakanlah wudhumu kemudian menghadap kiblat dan bertakbir. (HR Muslim)
( Pengajaran shalat A. HASSAN: 187)

Tentang lafadz do’a niat
 Ibnu Qoyyim dalam kitab “IGOTSATULLAHFAN” berkata: Niat adalah menyengaja dan ber’azam atas sesuatu, dan tempatnya di dalam hati jadi tidak berkaitan dengan lisan. Oleh karena itu tidak ada satu lafadz niat pun yang dinukil dari Nabi dan dari sahabat. (Fiqih Sunnah: 81)
 Sebagian ulama mazhab Syafi’i mensunahkan melafadzkan niat dengan lisan, mereka itu terbagi menjadi tiga golongan:
a. Menyebutkan niat dengan lidah itu menolong hati, lantaran itu menjadi sunah. Dijawab bahwa alasan itu bukan dari agama dan tidak dibenarkan oleh agama, dengan alasan itu juga berarti telah menambah satu ibadat dalam agama.
b. Menyebutkan niat dengan lidah itu ada dikerjakan Nabi di dalam ibadah haji, oleh sebab itu dikiaskan perbuatan itu di dalam niat shalat. Tetapi riwayat hadis ini dhaif, dan ada qaidah yang menyatakan “LAA QIYAASA FIL’IBAADAH”
c. Bid’ah hasanah, karena perbuatan itu baik dan tidak ada Nabi berkata: “jangan kamu melafadzkan niat”. Di jawab bahwa tiap-tiap bid’ah dalam hal ibadah itu bid’ah dhalalah, tidak ada yang hasanah. (Soal-Jawab A. Hasan : 91-95)
 Tentang lafadz “ USHOLLI” yang sering dilafadzkan sebagian orang, kami tidak mendapati dari mana sumbernya.
2. Takbiratul ihram
Menurut Muhammadiyah: mengangkat kedua tangan sejurus dengan bahu, mensejajarkan ibu jari dengan daun telinga.
عن مالك بن الحويرث أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا كبّر رفع يديه حتى يحاذي بهما أذنيه وإذا ركع رفع يديه حتى يحاذى بهما أذنيه وإذا رفع رأسه من الركوع فقال: سمع الله لمن حمده" فعل مثل ذلك (رواه مسلم فى صحيحه)
Dari Malik bin Huwairis, bahwa Rasulullah saw apabila bertakbir ia mengangkat kedua tangannya sampai sejajar pada telinganya, begitu juga bila hendak rukuk dan bila mengangkat kepalanya dari rukuk lalu mengucap “Sami’allahu liman hamidah” ia mengerjakan demikian juga. (HR. Muslim dalam kitab Shohihnya). ( HPT: 84)

ِ A. Hassan: mengangkat kedua tangan sejurus dengan kedua bahu
قال إبن عمر :كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قام للصلاة يرفع يديه حتي يكونا حذو منكبيه ثم يكبّر (رواه مسلم)
Ibnu Umar berkata : Adalah Nabi saw apabila ia berdiri untuk shalat beliau mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan dua bahunya. (HR Muslim).(Pengajaran shalat A. HASSAN)

Tentang lafadz takbiratul ihram ( الله أكبر)
الحديث ابن ماجه وصححه ابن خزيمة وابن حبان من حديث حميد الساعدي قال : كان رسول الله ص م اذا قام الي الصلاة استقبل القبلة ورفع يديه وقال ( الله أكبر) و لحديث: إذا قمت إلي الصلاة...الحديث (متفق عليه)
Dan hadis dari Ibnu Majah yang disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dari hadis Abi Humaidi Assa’idi bahwa Rasululullah jika shalat ia menghadap ke kiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca “ ALLAHU AKBAR “ dan menurut hadits: bila lamu menjalankan shalat, takbirlah…seterusnya hadis. (diriwayatkan oleh Bukhari Muslim)
أبو حميد الساعدي يقول: كان رسول الله ص.م إذا قام إلي الصلاة استفبل القبلة ورفع يديه وقال الله أكبر(رواه ابن ماجه)
Abu Humaid Assa’idi berkata adalah Rasulullah saw. jika berdiri untuk shalat maka beliau menghadap kiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dan bekata “ ALLAHU AKBAR” ( HR. Ibnu Majah )
قال رسول الله : إذا قال إلإمام : الله أكبر فقولوا: الله أكبر (رواه أحمد والبيهقي بسند صحيح)
“Bersabda Rasulallah jika seorang imam berkata “ ALLAHU AKBAR” Maka katakanlah “ ALLAHU AKBAR” ( HR. Ahmad dan al-Baihaqi dangan sanad yang shahih). (HPT: 83)
Menurut imam Abu Hanifah takbiratul ihram sah dengan lafadz apapun yang berkaitan dengan ta’dzim dan tafhim seperti lafadz “Allahul ‘adzim, Allahu Aljalil dan kalaupun dia membaca hanya lafadz “ALLAH” dan tidak menambahnya, maka sah shalatnya. Tetapi pendapat ini tidak bisa dipakai, karena tidak ada hadis yang menerangkan tentang hal itu.

3. Gerakan shalat yang belum jelas dasarnya
 Gerakan takbir dengan memutar tangan terlabih dahulu sebelum bersedekap
 Gerakan takbir dengan mendorong tangan lurus ke depan dan ditarik kembali kemudian bersedekap
4. Bersedekap
Muhammadiyah, A. Hassan, Nasiruddin al-Albani: meletakkan tangan pada punggung telapak tangan kiri di atas dada.
لحديث وائل قال: صلّيت مع رسول الله صلي الله عليه وسلم ووضع يده اليمني علي يده اليسرى على صدره (رواه إبن خزيمة فى صحيحه)
Karena hadis dari Wail ia berkata : Saya shalat bersama Nabi saw, beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di atas dada. (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab shahihnya).
( HPT: 84, Pengajaran shalat. A.Hassan: 32 dan sifat shalat Nabi, Nasiruddin al-Albani: 103).

Jumhur selain Malikiyah: meletakkan tangan kanan pada siku kiri.
رواه سهل بن سعد قال: كان الناس يؤمرون أن يضع الرجل يده اليمنى على ذراعه اليسرى في الصلاة (رواه البخارى)الفقه الإسلامى وأدلته ج2 ص 873.
Diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’ad ia berkata: Orang-orang diperintahkan untuk meletakkan tangan kanannya pada siku kirinya dalam shalat. (HR. Bukhari) al fiqh al islam wa adillatuhu 2: 874

Abu Hanifah dan Hanabilah: meletakkan kedua tangan di bawah pusar.
لما روي عن علي أنه قال : من السنة وضع اليمنى علي الشمال تحت السرة (رواه أحمد و أبو داود)
Karena hadis yang diriwayatkan oleh Ali ra ia berkata: diantara sunah adalah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di bawah pusar. (HR Ahamad dan Abu Dawud).al fiqh al Islam wa adillatuhu 2 : 874)

Tentang lafadz do’a iftitah
Bacaan iftitah yang dipilih oleh Muhammadiyah adalah:
أللهم باعد بيني وبين خطاياي كماباعدت بين المشرق والمغرب. أللهم نقني من الخطايا كما ينقي الثوب الأبيض من الدنس. أللهم اغسل خطاياي باماء والثلج والبرد .
وجهت وجهي للذي فطر السموات والارض حنيفا مسلما وماأنا من المشركين, أن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين, لا شريك له و بذلك أمرت وأنا أول المسلمين (وأنا من المسلمين ) اللهم أنت الملك لا إله إلا انت, أنت ربي وأنا عبدك ظلمت نفسي واعترفت بذنبي فغفرلي ذنوبي جميعا لا يغفر الذنوب إلا أنت وهدني لاحسن الخلاق لا يهدي لاحسنها إلا أنت والصرف عني سيئها لا يصرف عني سيئها إلا أنت, لبيك وسعديك والخير كله في يديك والشر ليس إليك أنابك و إليك, تباركت وتعاليت أستغفرك وأتوب إليك
 Dalam riwayat lain lafadz وأنا أول المسلمين diganti dengan وأنا من المسلمين
 Dalam kitab Mustadrak kepunyaan Hakim, terdapat hadits dari Imran bin Husain menyebutkan do’a iftitah “…وجهت” hanya sampai pada lafadz “وانا من المسلمين “. ( Nailul autor II: 550)


Do’a- do’a yang lain yang diperbolehkan:
وعن عمر: أنه كان يقول بعد تكبيرة الإحرام: سبحانك أللهم وبحمدك وتبارك اسمك وتعال جدك ولا إله غيرك (رواه مسلم)
Dan dari Umar: sesungguhnya berkatalah dia setelah takbiratul ihram : سبحانك اللهم وبحمدك وتبارك اسمك وتعال جدك ولا إله غيرك (HR. muslim).

Hadis ini riwayatnya terputus, tapi dalam riwayat lain yaitu riwayat dari Daruquthni dinyatakan bersambung dan marfu’ atas Ibnu Umar. Menurut Ibnu Qoyyim hadis dari Ibnu Umar ini marfu’, menurut imam Ahmad menganggap baik dengan do’a ini. Menurut Ibnu Zaujiah tidak mengetahui dan mendengar orang menggunakan do’a iftitah ini.

Lafadz do’a ta’awudz
قال ابن المنذر جاء عن النبي صلعم إنه كان يقول قبل القراءة: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم (رواه الدارقطني )
berkata Ibnul Mundzir datang dari Nabi saw sesungguhnya beliau berkata sebelum membaca fatihah:الرجيم عوذ بالله من الشيطان أ( HR. Daruquthni). (HPT : 85 )
إذا قرات القران فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم
jika engkau membaca al-Qur’an maka berlindunglah pada Allah dari Syaitan yang terkutuk. (an- Nahl: 98)

Lafadz lain yang diperselisihkan
عن ابي سعيد الخدري عن النبي صلعم إنه كان إذا قام إلي الصلاة استفتح ثم يقول : أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه ونفخه ونفثه
dari Abi Said al-Khudri dari Nabi saw sesungguhnya beliau jika bangun untuk shalat membaca iftitah kemudian ia berkata: أعوذ بالله السميع العليم من الشيطان الرجيم من همزه ونفخه ونفثه (HR. at-Tirmidzi)
Menurut Ibnu Khuzamah : shahih. Menurut Ahmad bin Hambal: tidak shahih. Perbedaan pendapat itu bersumber dari Ja’far Ibnu Sulaiman dan Ali Ibnu al-Yaskuri yang kesiqahannya diperdebatkan. Meski demikian Ahmad bin Hambal mengamalkannya.
Didalam HPT tidak ada keterangan apakah ta’awud itu dibaca pada rakaat pertama saja atau pada semua rakaat.
Berdasarkan keumuman surat an-Nahl: 98 membaca surat al- Fatihah pada rakaaat berikutnya juga dimulai dengan ta’awud. Begitulah pemahaman umum ketika muktamar, tetapi tidak di rumuskan secara jelas.

Bacaan ta’awud hanya pada rakaat pertama sesudah membaca do’a iftitah. Berdasarkan pada hadis:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال كان رسول الله صلعم إذا نهض من الركعة الثانية افتتح القراءة با لحمد لله رب العامين ولم يسكت (رواه مسلم )
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata: “Rasalallah saw apabila berdiri untuk rakaat yang kedua ia membaca Alhamdulillahirabbil ‘aalamien, dangan tiada diam (sebentar). (HR. Muslim, tersebut dalam Muntaqa). Ada yang memahami bacaan “alhamdulillihi rabbil’ alamien” itu adalah surat Hamdalah artinya surat Fatihah. ( Tanya- Jawab Agama III : 69)

Lafadz do’a basmalah ( بسم الله الرحمن الرحيم)
ولحديث نعيم للجمر قال صلّيت وراء بي هريرة رض فقرأ بسم الله الرحمن الرحيم ثم قرأ بأم القرآن حتي بلغ "ولا الضالين " فقال آمين,وقال الناس آمين ويقول كلما سجد الله أكبر وإذا قام من الجلوس في الاثنتين قال الله أكبر ويقول اذا سلم : والذى نفسي بيده إني لأشبهكم صلاة برسو ل الله صلحم ( رواه النسائي وبن خزيمة والسراج وبن حبان وغيرهم,قال في الفتح ( ج2 ص 181 وهو أصح حديث ورد في ذلك )
Dari hadis Nu’aim al-Jumar berkata aku shalat di belakang Abu Hurairah ra, lalu ia membaca bismilla-hirrahma-nirrahiim kemudian membaca ummal qur’an hingga sampai wala-dha-li-n dan berkata a-mi-n, dan orang-orang berkata a-mi-n dan ia berkata setiap sujud ALLAHU AKBAR, dan jika ia berdiri dari duduk dua sujud berkata: ALLAHU AKBAR dan ia berkata jika salam: Demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya sesungguhnya aku paling serupanya shalat dengan Rasulullah saw. (HR. Nasa’i, Ibnu Khuzaimah, as-Siraj, Ibnu Hibban dan selain mereka).

Lafat surat al- fatihah
الحمد لله ربّ العالمين (1) الرحمن الرحيم (2) مالك يوم الدين (3) إيّاك نعبد وإيّاك نستعـين (4) اهدنا الصرا ط المستـقـيم (5) صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضآلّين (6)
لحديث عبادة بن الصامت رض أنّ رسول الله صلعم قال : لا صلاة لمن لا يقرأ بفاتحة الكتاب (متفق عليه)
“Karena hadis Ubadah bin Shamit ra. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca al-Fatihah. (Muttafaqun Alaih).

ولحديث عبادة قال صلي رسول الله صلعم الصبح فثقلت عليه القراءة فلمّا انصرف قال إني أراكم تقرؤون وراء إمامكم قال قلنا يارسول الله إي ولله قال لاتفعلوا إلاّ بام القرآن (رواه أحمد والدارقطني والبيهقي )
“Karena hadis Ubadah, Rasulullah saw shalat Subuh lalu beratlah bacaan bagi Rasulullah. Maka tatkala selesai shalat, beliau berkata: sesungguhnya aku melihat kalian membaca di belakang imam kalian, Kata Ubadah. Bahwa kita semua menjawab, “Ya Rasulullah, demi Allah benar bagitu!, ”Maka sabda Nabi: Janganlah kamu mengerjakan demikian kecuali bacaan al-Fatihah. (HR. Ahmad, Daruquthni dan Baihaqi).
( HPT hal. 86-87)


Lafadz do’a Amin آمين
لحديث أبي هريرة رضى الله عنه عن النبي صلعم قال إذا أمّن الامام فأمّنوا فإنّه من وافق تامينه تامين الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه
“Karena hadits Abu Hurirah ra. Dari Nabi saw. bersabda: Apabila Imam mengucapkan Amin, maka bacalah Amin. Karena sesungguhnya orang yang bersamaan mengucapkan Amin dengan aminnya Malaikat, maka diampuni baginya dosa yang telah terdahulu. )HR. Mutafaqun alaihi)
وعنه أيضا أنّ رسول الله صلعم قال إذا قال أحدكم أمين وقالت الملائكة في السماء آمين فوافق إحداهما الآخرى غفرله ماتقدم من ذنبه (متفق عليه)
“Darinya juga, sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang di antara kalian berkata Amin, dan Malaikat berkata Amin di langit, lalu salah satu di antara keduanya bersamaan membacannya, maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaqun Alaih). (HPT hal.87) .
 Menurut Ibnu Hajar lafadz” آمن “ dalam hadis ini mengandung tiga makna:
1. Secara dhahir berarti ucapan amin, huruf fa’ dalam “ fa amminu” menurut jumhur ulama bukan merupakan fa’ sababiyah melainkan fa’ muqaranah, sehingga aminnya makmum bersamaan dengan imam.
2. Artinya adalah do’a, imam membaca “ waladdhooliin”. Setelah imam membaca doa tersebut, maka makmum segera membaca amin .
3. Posisi dimana imam sampai pada bacaan tertentu yang perlu diamini. Berdasarkan hadis Bukhari dan Muslim:
عن أبي هريرة أن رسول الله صلعم قال: إذا قال الإمام غير المغضوب عليهم ولا الضالين فقولوا آمين فإنّه من وافق قوله قول الملائكة غفر له ما تقدم من ذنبه.
“Dari Abu Hurairah Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Jika imam membaca “ghoiril maghdubi’ alaihim waladh dhalli-n” maka bacalah “a-mi-n “. Sesungguhnya barang siapa yang bacaanya bersamaan dengan bacaan Malaikat, tentulah diampuni dosanya yang telah lalu.. ( Cara shalat, karangan Drs. Agung Danarto hal. 52-53)

Bacaan surat lain setelah surat al-Fatihah
Bacalah salah satu surat dari al-Qura’an yang kamu hafal dengan tartil dan diperhatikan artinya. di antara surat-surat dalam al-Qur’an adalah; surat al-‘Ashr, al-Ma’un, al- Kautsar, al-Nasr dan yang lainnya.

لحديث بن قتادة أن النبي صلعم كان يقرأ في الظهر في الأوّليين بأم الكتـاب وسورتين والركعتين الأخريين بأم الكتاب ويسمعنا الآية ويطول في الركعة الأولى ما لا يطيل فى الركعة الثانية وهكذا فى العصر و هكذا فى الصبح ( متفق عليه )
“Karena hadis Ibnu Qatadah bahwa Nabi saw. membaca dalam shalat Dhuhur pada dua rakaat pertama dengan al-Fatihah dan dua surat. Dan pada dua rakaat yang terakhir membaca al-Fatihah dan memperdengarkan pada kami suatu ayat. Dan pada rakaat yang pertama lebih panjang dari pada rakaat yang kedua. Demikian pula dalam shalat Ashar dan shalat Subuh. (Muttafaqun Alaih(

Bacaan takbir pada tiap pergantian gerakan
Hendaklah membaca takbir ( الله أكبر ) apa bila akan melakukan gerakan satu ke gerakan yang lainnya.
لحديث أبى هريرة رض قال: كان رسول الله صلعم إذا قام إلى الصلاة يكبر حين يقوم ثم يكبّر حين يركع ثم يقول: (سمع الله لمن حمده) حين يرفع صلبه من الركوع ثم يقول وهو قائم: ربنا ولك الحمد ثم يكبر حين يهوى ساجداً ثم يكبّر حين يرفع رأسه ثم يكبّر حين يسجد ثم بكبّر حين يرفع ثم يفعل ذلك فى الصلاة كلها ويكبّر حبن يقوم من الثنتبن بعد الجلوس.(منتفق عليه)
Dari hadis Abu Hurairah ra. Berkata adalah Rasullah saw jika berdiri untuk shalat beliau bertakbir ketika berdiri kemudian bertakbir ketika rukuk kemudian berkata” SAMI’A ALLAHULIMAN HAMIDAH” ketika mengangkat punggungnya (bangun) dari rukuk lalu membaca selagi beliau berdiri “ ROBBANA- WALAKAL HAMDU “ lalu takbir tatkala hendak sujud lalu bertakbir tatkala hendak mengangkat kepala (duduk antara dua sujud) lalu bertakbir tatkala hendak berdiri, kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri dari rakaat kedua sesudah duduk. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Rukuk
Muhammadiyah: bertakbir seperti takbiratul ihram seraya melempangkan (meratakan ) punggung dengan leher, dan kedua tangan memegang lutut.
لحديث بن حميد الساعدى رضى الله عنه قال: أنا كنت أحفظكم لصلاة الرسول صلى الله عليه وسلم رأيته إذا كبّر جعل يديه حذو منكبيه وإذا ركع أمكن يديه من ركبتيه ثم هصر ظهره.( رواه البخارى)
Karena hadis dari Ibn Humaid Assa’idi ra ia berkata: saya lebih cermat dari pada kalian tentang shalat Rasulullah, saya melihatnya apabila ia bertakbir ia mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua bahunya dan apabila ia ruku dia meletakkan tangannya pada kedua lututnya kemudian membungkukkan punggungnya. (HR Bukhari). ( HPT : 90)

Saikh Nasiruddin al-Albani: merenggangkan jari-jari saat rukuk
كان يفرّج بين أصابعه.
Adalah beliau merenggangkan jari-jarinya.
( Sifat shalat Nabi, Nasiruddin al-Albani:156)

Do’a dalam rukuk:
عن عائشة رضي الله عنها قالت كان النبي صلعم يقول فى الركوعه وسجوده سبحانك اللهم ربّنا وبحمدك اللهم اغفرلي.(منتفق عليه)
Dari Aisyah ra, diceritakan bahwa Rasulullah saw dalam rukuk dan sujudnya beliau mengucapkan:سبحانك اللهمّ ربّنا وبحمدك اللهمّ اغفرلي (Muttafaqun ‘Alaih)
لحديث حذيفة قال صلّيت مع النبي صلعم فكان يقول فى ركوعه سبحان ربي العظم وفى سجوده سبحان ربي الأعلى( الحديث رواه الخمسة وصحّحه الترمذي)
Hudzaifah berkata: Aku shalat bersama Nabi saw maka dalam rukuknya beliu membaca سبحان ربي العظم , dan dalam sujudnya beliau membaca سبحان ربي الأعلى . ( HR. imam yang lima dan dishahihkan oleh Tirmidzi)
لحديث عائشة رضي الله عنها أنّ رسول الله صلعم كان يقول فى ركوعه وسجوده سبّوح قدّوس ربّ الملائكة والروح (رواه أحمد ومسلم وأبو داود وغيرهم )
dari hadis Aisyah ra bahwa Rasulullah membaca dalam rukuk dan sujudnya membaca: سبوح قدوس ربالملائكة والروح .
(HR. Ahmad, Muslim dan Abu Dawud dan lainnya). ( HPT: 88)

Do’a yang lain :
عن عليّ رضى الله عنه أنّ النبي صلعم كان غذا ركع قال : اللهم لك ركعة وبك آمنت ولك أسلمت أنت ربي خشع سمعي وبصري ومخي وعظمي وعصبي وما استقلت به قدمي لله رب العالمين (رواه أحمد ومسلم وأبو داود وغيرهم )
Dari Ali ra sesungguhnya Nabi saw jika rukuk mengucapkan:
اللهم لك ركعة وبك آمنت ولك أسلمت أنت ربي خشع سمعي وبصري ومخي وعظمي وعصبي وما استقلت به قدمي لله رب العالمين.
(HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dan selain mereka). (Fiqih sunnah I: 98)

 Tambahan lafadz “ وبحمده” semua riwayatnya adalah dhoif, tapi imam Syaukani berpendapat semua riwayat- riwayat itu saling menguatkan. (Fiqih Sunnah I: 97 dan Nailul Autor II: 601)
 Do’a سبحان ربي العظم dibaca 3x hadisnya adalah mursal .(Nailul Autor II hadis no. 737)
 Sebagian ulama mengatakan: sesempurnanya tasbih dalam rukuk dan sujud adalah 10 tasbih, dengan dalil HR. riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Nasi’i ( Fiqih Sunnah I: 100)
 Jumhur ulama mengatakan: tasbih dalam rukuk dan sujud paling sedikitnya 1 kali ( Fiqih Sunnah I: 100)

6. I’tidal.
Muhammadiyah: mengangkat kepala dengan mengangkat kedua tangan seperti dalam takbiratul ihram dengan membaca : sami’Allahu limaan hamidah
لحديث أبى هريرة رضى الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قـام إلى الصلاة يكبّر حين يقـوم ثم يكـبّر حين يركع ثم يقـول" سمع الله لمن حمده" حين يرفع صلبه من الركـوع ثم يـقـول وهو قائم ربنا ولك الحمد.(متفق عليه)
Karena hadis dari Abu Hurairah ra ia berkata : Adalah Nabi saw apabila ia berdiri untuk shalat dia bertakbir ketika berdiri, lalu bertakbir ketika ruku, kemudian membaca ”samiAllahu liman hamidah” ketika mengangkat punggungnya dari ruku, lalu keitka berdiri beliau membaca ”Rabbana wa lakal hamdu”. (Muttafakun alaihi). ( HPT:; 89)

Bacaan do’a I’tidal:
1. سمع الله لمن حمده ربّناو لك الحمده
2. سمع الله لمن حمده ,اللهم ربنا لك الحمد ملء السموات وملء الأرض وملء ما شئت من شئ بعد
3. سمع الله لمن حمده , ربّناو لك الحمد حمدا كثيرا طيّبا مباركا فيه
لحديث أبى هريرة رضى الله عنه قال: كان رسول الله صلعم إذا قام إلى الصلاة يكبّر حين يقوم ثم يكبّر حين يركع ثم يقول: (سمع الله لمن حمده) حين يرفع صلبه من الركوع ثم يقول وهو قائم: ربّنا ولك الحمد ثم يكبّر حين يهوى ساجداً ثم يكبّر حين يرفع رأسه ثم يكبّر حين يسجد ثم بكبّر حين يرفع ثم يفعل ذلك فى الصلاة كلّها ويكبّر حين يقوم من الثنتبن بعد الجلوس.(منتفق عليه)
Hadis Abu Hurairah ra berkata: Rasulallah saw jika berdiri untuk shalat, beliau bertakbir ketika berdiri kemudian bertakbir ketika rukuk, kemudian mengucapkan “sami’allahuliman hamidah”, ketika mengangkat punggungnya dari rukuk kemudian ketika ia berdiri mengucapkan: rabbana walakal hamdu, lalu bertakbir ketika hendak sujud, kemudian bertakbir ketika mengangkat kepalanya, lalu bertakbir ketika sujud, lalu bertakbir lagi ketika berdiri, kemudian beliau mengerjakan yang demikian itu pada setiap salatnya. Kemudian bertakbir ketika duduk di antara dua sujud. (HR. Bukhari dan Muslim).

عن أبي أوفي قال كان رسول الله صلعم إذا رفع ظهره من الركوع قال سمع الله لمن حمده ,اللّهم ربّنا لك الحمد ملء السموات وملء الارض وملء ما شئت من شئ بعد
Dari Abi Aufa berkata; Rasulallah saw. apabila mengangkat punggungnya dari rukuk mengucapkan “sami’Allahuliman hamidah, Allahumma Rabbana lakal hamdu mil’a samawati wamil’al ardi wamil’a ma syi’ta min syain ba’du”.

عن رفاعة قال كنا نصلى يوما وراء النبي صلعم فلمّا رفع رسول الله رؤسه من الركعة وقال سمع الله لمن حمده قال رجل وراءه , ربناو لك الحمد حمدا كثيرا طيبا مباركا فيه فلمّا انصرف رسول الله صلحم قال من المتكلم آنفا ؟ قال الرجل أنا يا رسول , فقال رسول الله صلحم لقد رأيت بضعة وثلاثين ملكا يبتدونها أيّهم يكتبها أولا (رواه أحمد والبخارى ومالك وأبو داود)
( HPT hal. 91)
Dari Rafa’ah, Ia berkata; pada suatu hari kami shalat dibelakang Nabi saw. maka ketika Rasulallah mangangkat kepalanya dari rukuk, Ia mengucapkan “sami’Allahuliman hamidah”, lalu berkata salah seorang dibelakangnya “robbana walakal hamdu hamdan katsiron toyyiban mubarokan fiih”, lalu ketika Rasulallah selesai shalat, bersabdalah ia: Siapa yang berbicara tadi? Laki-laki itu menjawab; Saya ya Rasulallah, lalu Beliau bersabda: Sungguh Aku telah melihat 30 Malaikat yang berebut untuk menulis pahala mereka”. (HR. Ahmad, Bukhari, Malik dan Abu Daud).

 Dalam riwayat lain do’a ربّنا لك الحمد tidak menggunakan و (Nailul Autor II: 740). Menurut imam Nawawi, و ditakdirkan sebagai athaf dari lafadz yang dikira-kirakan اطعناك ,حمدا لك . menurut imam Daqiqil ‘id ditakdirkan sebagai ” hal “
 lafadz “ mil’a” pada riwayat yang lain menggunakan dhammah, atau “ mil’u”. tetapi yang menggunakan “ mil’a” lebih masyhur dan lebih banyak terdapat dalam hadis. (lihat catatan kaki fiqih sunnah I hal. 99).
 Jumhur ulama (Syafi’i, Malik,’Atho, Abu Dawud, Abu Hurairah, Muhammaad bin Sirin, Ishak dan Dawud) sepakat mengumpulkan bacaan tasmi; dan tasbih bagi imam, makmum dan shalat sendirian. ( Nalul Autor II: 605)
 Mazhab Syafi’iyah dan Hadawiyah mengatakan: bacaan tasmi’ hanya untuk imam dan shalat sendirian, dan makmu hanya nembaca tahmid. Mereka berhujjah dengan hadis:
إذا قام الإمام سع الله لمن حمده فقول : ربنا لك الحمد (رواه أبو داود)
Tapi dibantah, hadis ini tidak berarti menafikan bacaan makmum سمع الله..... , tapi hanya menunjukkan bahwa bacaan makmum ربنا.... itu datang setelah bacaan imam سمع... . imam Nawawi mengatakan : makna ….فقول : ربنا bersamaan dengan mengetahuinya makmum سمع... karena Nabi membacanya dengan keras. Oleh karena itu diharuskanlah penyebutan lafadz….فقول : ربنا sebab makmumnya tidak mendengar. Dan memang disunahkan pelan. ( Fiqih Sunnah I hal: 98) bantahan ini diperkuat dengan hadis Darul qutni (nailul autor II hal. 606) .
 Syafi’iyah dan Hadawiyah juga berdalil dengan hadis dari Abu Dawud, tetapi sanatnya maukuf (terputus)
 Dalam Tanya- Jawab Agama 4 hal. 126 makmum tidak perlu membaca سمع... .

Bacaan do’a yang lain:
,اللهم لك الحمد ملء السموات وملء الأرض وملء ما شئت من شئ بعد, اللهم طهرني بالثج والبرد والماء البارد, اللهم طهرني من الذنوب ونقّني منها كما ينقى لثوب الأبيض من الوسخ
,اللهم ربنا لك الحمد ملء السموات وملء الأرض وملء ما شئت من شئ بعد أهل الثناء المجد وأحق ماقال العبد وكلنا لك عبد . لا ما نع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد ومنك الجد
سمع الله لمن حمده, لربي الحمد لربي الحمد.
عن عبد الله بن ابي أوفى عن النبي صلعم أنّه كان يقول,وفى لفظ يدعو إذا رفع رأسه من الركوع ,اللهم لك الحمد ملء السموات وملء الارض وملء ما شئت من شئ بعد, اللهم طهرني بالثج والبرد والماء البارد, اللهم طهرني من الذنوب ونقي منها كما ينقى لثوب الابيض من الوسخ (رواه أحمد ومسلم وأبو داود وابن ماجه )
Dari Abdullah bin Abi Aufa, dari Nabi saw. Sesungguhnya beliau mengucapkan (dalam lafadz lain berdoa), ketika ia mengangkat kepalanya dari rukuk: ”Allahumma lakalhamdu mil-a samawati wamil-al ardi wamil-a ma syi’ta min syain ba’du, Allahuma tohhirni bissalji wal barodi, wal mail baridi, Allahuma tohhirni minadz dzunubi wanaqqini minha kama yunaqqossaubu Al abyadu minal washi”. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Ibnu Majah)

عن أبى سعيد الخدري قال كان رسول الله صلعم إذا قال: سمع الله لمن حمده قال ,اللهم ربّنا لك الحمد ملء السموات وملء الارض وملء ما شئت من شئ بعد أهل الثناء المجيد وأحق ما قال العبد وكنّا لك عبد . لا ما نع لما أعطيت ولا معطي لما منعت ولا ينفع ذا الجد ومنك الجدّ (رواه مسلم وأحمد وأبو داود )
Dari Sa’id al-Khudri, Ia berkata; Adalah Rasulallahu saw. apabila Ia mengucapkan “sami’Allahuliman hamidah” Ia berkata: ”Allahumma rabbana Lakal hamdu mil-as samawati wa mil-al Ardi wamil-a ma syi’ta min syai-in ba’du, wa ahlastsana-I almajid wa ahakkuma qola al abdu wakulluna laka abdun lamani’a lima a’toita walamu’tia lima mana’ta walayanfa’u dzal jaddi wamingkaljaddu”. (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu Daud).
وصح عنه صلعم : إنّه كان يقول بعد سمع الله لمن حمده , لربي الحمد لربي الحمد حتى يكون اعتداله قدر ركوعه.
dan shahih juga dari Rasulallah saw. sesungguhnya Beliau setelah mengucapkan; “sami’Allahuliman hamidah”, ia mengucapkan: li“robbil hamdu lirabbil hamdu”, sehingga I’tidalnya itu seukuran rukuknya.

7. Sujud.
Muhammadiyah: Bersujud dengan meletakkan kedua lutut dan jari-jari kaki di atas tanah, lalu kedua belah tangan, kemudian dahi dan hidung dengan menghadapkan ujung jari kaki ke arah kiblat serta merenggangkan kedua tangan dari lambung dengan mengangkat siku.
لحديث ابن حميد الساعدى رضى الله عنه قال: كنت أحفظكم لصلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم رأيته ..... وإذا سجد وضع يديه غير مفترش ولا قابضهما واستقبل أطراف أصابع رجليه القبلة (رواه البخارى)
Karena hadis dari Ibn Humaid ra ia berkata : saya lebih cermat dari pada kalian tentang shalatnya Nabi saw, saya melihatnya ….dan apabila ia sujud ia meletakkan kedua tangannya dengan tidak meletakkan lengannya pada tanah dan tidak merapatkannya pada lambung, dan ujung jari-jari kakinya dihadapkan ke arah Qiblat. (HR. Bukhari)
لحديث وائل بن حجر قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه وإذا نهض رفع يديه قبل ركبتيه (رواه الخمسة إلا أحمد)
Karena hadis dari Wail bin Hajar ia berkata: ”Adalah Nabi saw apabila ia sujud ia meletakkan kedua lututnya sebelum tangannya dan apabila ia bangkit ia mengangkat kedua tangannya sebelum lututnya”. (Diriwayatkan oleh imam yang lima kecuali Muslim)
عن البراء بن عازب قال:قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سجدت فضع كفيك وارفع مرفقيك (رواه مسلم في صحيحه)
Dari al-Bar bin Azib ia berkata ”Rasulullah saw bersabda apabila kamu sujud maka letakkanlah kedua telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu”. (HR Muslim di dalam Shahihnya). HPT hal 90-92
أنّ النبي صلي الله عليه وسلم ... فلما سجد وضع وجهه بين كفيه
Sesungguhnya Nabi SAW …. Tatkala ia sujud ia meletakkan wajahnya di antara kedua telapak tangannya.
عن ميمونة رضى الله عنه قال: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا سجد لو شاءت البهيمة تمر بين يديه مرت ( أخرجه مسلم والنسائى وابن ماجه )
Dari Maimunah ra ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila sujud, binatang bisa lewat di antara tangan beliau. (HR. Muslim dan an-Nasai dan Ibnu Majah)(Goyatu al ahkam fi ahadisi al ahkam 2:223)

Saikh Nasiruddin al-Albani: Mendahulukan kedua tangan ketika rukuk
كان يضع يديه على الأرض قبل ركبتيه (رواه ابن خزيمة والدارقطني والحاكم)
Adalah Nabi saw meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. (HR Ibnu Majah, Daruquthni dan Hakim)
إذا سجد أحدكم فلا يبرك كما يبرك البعير وليبضع يديه قبل ركبتيه(رواه أبودود)
Apabila salah seorang diantara kamu sujud maka janganlah ia menderum sebagaimana menderumnya onta hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya. (HR. Abu Daud). ( Sifat Shalat Nabi, Nasiruddin Al-Albani: 171)

Bacaan do’a sujud:
Dalam hal ini do’a ruku dan sujud adalah sama.
سبحانك اللهم ربّنا وبحمدك اللهم اغفرلي
سبحان ربّي الأعلى
سبوح قدوس رب الملائكة والروح

Bacaan do’a sujud yang lain:
1. اللهم لك سجدت وبك آمنت ولك أسلمت. وسجد وجهي للذي خلقه فصوره فاحسن صوره , فشق سمعه وبصره فتبارك الله أحسن الخالقين
2. ربّ أعط نفسي تقواها وزكيها , أنت خير من زكاها أنت وليّها ومولاها
3. اللهم اغفرلي ذنبي كله دقه وجله وأوله وآخره وعلانيته وسره
4. اللهماغفرلي خطيئتي وجهلي وأسرافي فى أمري, وما أنت وماأخرت وما أسررت وما أعلنت . أنت إلهي لا إله إلا أنت
عن على رضي الله عنه : أنّ رسول الله صلعم كان إذا سجد يقول : اللهم لك سجدت وبك آمنت ولك أسلمت. وسجد وجهي للذي خلقه فصوره فأحسن صوره , فشق سمعه وبصره فتبارك الله أحسن الخالقين (رواه أحمد ومسلم )
Dari Ali ra. Sesungguhnya Rasulallah saw. apabila sujud mengucapkan; ”Allahuma laku sajadtu wabika amantu walaka aslamtu wa sajada wajhia lilladzi kholakohu fa sowwarohu faahsana sowarohu fasyakko sam’ahu wabasorohu fatabarokallohu ahsanal kholikin”. (HR. Ahmad dan Muslim).

عن عائشة : أنّها فقدت النبي صلعم من مضجعه فلمسته بيدها فوقعت عليه وهو ساجد وهو يقول: ربّ أعط نفسي تقواها وزكيها , أنت خير من زكاها أنت وليّها ومولاها ( رواه أحمد )
Dari Aisyah Sesungguhnya ia kehilangan Nabi saw dari tempat tidurnya lalu ia menyentuh Nabi dengan tanganya, sedangkan beliau sedang sujud, dan sedang membaca; ”Robbi a’ti nafsi taqwaha wazakiyaha anta khoiruman zakaaha anta waliyuha wamaulaha”. (HR. Ahmad).

عن أبي هريرة : أنّ النبي صلعم كان يقول فى سجوده : اللّهم اغفرلي ذنبي كلّه دقه وجله وأوّله وآخره وعلانيته وسره (رواه سلم أبو داود والحاكم )
Dari Abi Hurairah: Sesungguhnya Nabi saw. dalam sujudnya mengucapkan: ”Allahumaghfirli dzanbi kullahu dakkohu wajallahu wa awwalahu wa akhirohu wa ‘ala niyatihi wasarrodahu”. (HR. Muslim, Abu Daud dan Hakim).
كان يقول وهو ساجد : اللهم اغفرلي خطيئتي وجهلي وإسرافي فى أمري, وماأنت وماأخرت وما أسررت وما أعلنت . أنت إلهي لا إله إلاّ أنت
Adalah Nabi saw. mengucapkan di dalam sujudnya “Allahumaghfirli khotiati wajahli waisrofi fi amri wamaanta wama akhrojta wama asrorta wama a’lanta anta ilahi lailaha illa anta”.(al fiqhu assunnah hal 101)

8. Duduk diantara dua sujud.
Muhammadiyah: Mengangkat kepala dengan bertakbir dan duduk
لحديث أبي حميد الساعدى رضى الله عنه قال: كنت أحفظكم لصلاة رسول الله ... فإذا جلس في الركعتين جلس على رجله اليسرى ونصب اليمنى( رواه البخارى فى صحيحه)
Karena hadis dari Abu Humaid Assa’idi ra ia berkata: Adalah aku lebih cermat dari kalian tentang shalatnya Rasulullah .... maka apabila ia duduk di antara dua sujud ia duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. (HR Bukhari di dalam shahihnya)

Bacaan doanya yang dipilih oleh Muhammadiyah:
عن ابن عبّاس الّنبيّ ص م: كان يقول بين السّجدتين "أللّهم اغفرلى و ارحمنى و اجبرني و اهدني و ارزقني" (رواه الترمذى)
Ya Allah ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku dan berilah rizki kepadaku.

Malikiyah: duduk tawarruk, baik di dalam tasyahud awal maupun tasyahud akhir .
لما روى ابن مسعود أنّ النبي صلى الله عليه وسلم كان يجلس في وسط الصلاة وأخرها متوركا
Karena hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa Nabi saw pada pertengahan dan akhir shalatnya dengan melekatkan pantatnya pada tanah (tawarruk). ( Alfiqhu al islami wa adillatuhu 2 : 53).

Bacaan lainnya yang diperbolehkan:
عن حذيفة النّبي ص م كان يقول بين السّجد تين " ربّ اغفرلى ربّ اغفرلي" (رواه النّسائ وابن ماجه) فى فقه السنة و نيل الاوطار
Wahai Tuhan ampunilah aku, ampunilah aku.

عن ابن عباس رضي الله عنهما ألنّبيّ ص م كان يقول بين السّجدتين "أللّهم اغفرلى و ارحمنى و عافني و اهدني و ارزقني" (رواه ابوداود)
Ya Allah ampunilah aku, belas kasihanilah aku, jadikanlah aku sehat, berilah aku petunjuk dan berilah aku rizki.(HR Abu dawud). Nailu al awthor dan fiqhu assunnah

أللّهمّ اغفرلى و ارحمنى و اجبرني و ارفعني و اهدني و ارزقني" (رواه الحاكم)*
Ya Allah ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki.

أللّهمّ اغفرلى و ارحمنى وعافني و اهدني و ارزقني" (رواه ابوداود)*
Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, jadikanlah aku sehat, berilah aku petunjuk, dan berilah aku rizki.

ربّ اغفرلى و ارحمنى و اجبرني و ارزقني و ارفعني" (رواه ابن ماجه)*
Wahai Tuhan ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, berilah aku rizki, dan angkatlah derajatku. (Tanya Jawab Tim Tarjih 2/56)

9. Bangkit dari sujud ke rakaat selanjutnya.
Muhammadiyah: mengangkat kepala dengan bertakbir, duduk sebentar, lalu berdiri untuk rakaat yang kedua dengan menekankan tangan pada tanah.
لحديث مالك بن الحويرث رضى الله عنه أنّه رأى رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلى فإذا كان في وتر من صلاته لم ينهض حتي يستوى قاعدا ( رواه البخارى فى صحيحه ) وفي لفظ له فإذا رفع رأسه من السجدة الثانية جلس واعتمد على الأرض ثم قام.
Karena hadis dari Malik bin Huwirits ra bahwa ia melihat Rasulullah saw shalat apabila beliau dalam rakaat ganjil dari shalatnya, beliau belum berdiri, beliau duduk dulu hingga lurus dalam duduknya. (HR. Bukhari dalam shahihnya)

dalam lafadz lain oleh Bukhari, apabila beliau mengangkat kepalanya dari sujud yang kedua, beliau duduk dan menekan pada tanah, lalu berdiri. (HPT: 93-94).

Di dalam riwayat lain: dengan menekan pada paha.
فى حديث وائل بن حجر أنّه صلى الله عليه وسلم كان إذا نهض رفع يديه قبل ركبتيه ونهض علي ركبتيه واعتمد علي فخذيه .حديثه مرسل كما في نيل الاوطار
Dalam hadis dari Wail bin Hajar bahwa Rasulullah saw apabila ia bangkit ia mengangakat kedua tangannya sebelum kedua lututnya dan bertumpu pada kedua pahanya. akan tetepi haditsnya mursal sebagaimana tersebut di dalamkitab Naili Al Awthor ( Goyatu al ahkam fi ahadisi al ahkam 2 : 201)
Bangkit dari duduk tahiyat awal kepada qiyam kembali sambil takbir serta mengangkat dan menghadapkan kedua tapak tangan ke kiblat.
قال ابن عمر: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قام من الركعتين رفع يديه(رواه البخارى)
Ibnu Umar berkata” Adalah Nabi saw apabila ia bangkit dari rakaat kedua ia mengangkat kedua tangannya. (HR. al-Bukhari)
( Pengajaran Shalat, A. Hassan: 41)

10. Duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir.
Muhammadiyah: Duduk di atas kaki kiri dan menumpukkan kaki kanan serta meletakkan kedua tangan kanan di atas kedua lutut. Menjulurkan jari jari tangan kiri, serta tangan kanan menggenggam jari-jari kelingking, jari manis dan jari tengah serta mengacungkan jari telunjuk dan menyentuhkan ibu jari pada jari tengah.
لحديث ابن حميد الساعدى رضي الله عنه قال: أنا كنت أحفظكم لصلاة رسول الله صلي الله عليه وسلم رأيته ... فإذا جلس في الركعتين جلس علي رجله اليسرى ونصب اليمنى وإذا جلس فى الركعة الأخير قدم رجله اليسرى ونصب رجله الأخرى وقعد على مقعده (رواه البخارى)
Karena hadis dari Ibn Humaid Assaidi ra berkata: ” saya adalah yang paling cermat di antara kalian tentang shalatnya Nabi saw, saya malihatnya .... maka apabila baliau duduk pada rakaat kedua beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya dan apabila duduk pada rakaat terakhir beliau memajukan kaki kirinya dan menegakkan kaki yang lain dan duduk di atas tempat duduknya”. (HR. Bukhari)
عن ابن عمر رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا قعد في التشهد وضع يده اليسرى علي ركبته اليسرى ووضع يده اليمنى على ركبته اليمنى عقد ثلاثا وخمسين وأشار بأصابعه السبابة ( رواه مسلم )
Dari Ibnu Umar ra, bahwa Rasulullah saw apabila duduk pada tasyahud beliau meletakkan tangan kirinya pada lutut kiri dan tangan kanannya pada lutut kanannya dan menggenggam dengan isyarat limah puluh tiga dan mengacungkan jari telunjuknya. (HR. Muslim)

عن الزبير رضي الله عنه كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا قعد يدعوا وضع يده اليمنى على فخذه اليمنى ويده اليسرى على فخذه اليسرى وأشار بأصبعه السبابة ووضع إبهامه على أصبعه الوسطى ويلقم كفّه اليسرى ركبته( رواه مسلم)
Dari zubair ra, adalah Nabi saw apabila duduk berdoa beliau meletakkan tangan kanannya pada paha kanan dan tangan kirinya pada paha kiri dan mengacungkan jari telunjuknya, meletakkan ibu jarinya pada jari tengah dan tangan kirinya menggenggam lututnya. (HPT : 90-94).

Bacaan doa tasyahud yang dipilih oleh Muhammadiyah:
قال عبد الله كنّا إذا صّلينا خلف النّبيّ ص م قلنا " السّلام على جبريل وميكائيل السّلام علا فلان وفلان"فلتفت إلينا رسول الله ص م فقال: فإنّ لله هو السّلام فإذا صلّى أحدكم فليقل: "ألتّحيات لله والصّلوات والطيّبات السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين " فإنّكم إذا قلتموها أصابت كلّ عبد لله صالح في السّمائ والأرض "أشهد أن لا إله إلاّ الله وأشهد أنّ محمّدا عبده و رسوله(رواه البخارى)
Segala penghormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah. Semoga keselamatan atas engkau ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan utusanNya.

عن كعب بن عجرة عن النّبيّ ص م يقول في الصّلاة "أللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم وبارك على محمّد و آل محمّد كما باركت على إبراهيم و آل إبراهيم إنّك حميد مجيد (رواه الشافعى)
Ya Allah limpahkan kemurahanMu kepada Muhammad dan keluarganya sebagaiman Engkau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaiman Enkau. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha mulia.( HR Asysyfi’i)

Bacaan tasyahud lain yang diperbolehkan:
تشهّد بن مسعود : التّحيات لله والصّلوات والطيّبات السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلا الله واشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله(رواه الجماعة) كما فى نيل الأوطار
Semua ucapan penghormatan, pengagungan, dan pujian hanyalah milik Allah. Segala pemeliharan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya. Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kapada kami dan semua hamba Allah yang shaleh. Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

تشهّد بن عبّاس : التّحيّات المباركاتة الصّلوات والطّيّبات لله السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله وأشهد أنّ محمّدا رسول الله (رواه الجماعة) فى نيل الأوطار
Semua ucapan penghormatan, segala karunia, dan segala ucapan pengagunggan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan dan pemeliharaan untukmu, wahai Nabi begitu pula rahmat Allah dan segenap karuniaNya. Semua perlindungan dan pemeliharaan semoga diberikan kepada kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah utusanNya.

تشهّد بن عمر: التّحيّات لله والصّلوات والطيّبات السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله واحده لاشريك له وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله (رواه أبو داود والدارقطني)**

Semua ucapan penghormatan milik Allah, begitu pula segala karunia, dan ucapan pengagunggan. Semua pertolongan dan pemeliharaan untukmu wahai Nabi, begitu pula karunia Allah begitu pula semua kariniaNya. Segala perlindungan dan pemeliharaan untuk kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Tuhan Yang Tunggal tiada sekutu bagiNya dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

تشهّد أبوموسى الأشعرى : التّحيّات الطيّبات الصّلوات لله السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله واحده لاشريك له وأشهد انّ محمّدا عبده ورسوله (رواه مسلم وأبوعوانة وأبو داود وابن ماجه)**

Semua ucapan penghormatan, segala karunia, segala ucapan pengagunggan dan pujian hanyalah milik Allah. Semua perlindungan dan pemeliharaan untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat dan karunia Allah. Semua perlindungan dan pemeliharaan Allah untuk kami dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah Tuhan Yang Tunggal tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah hambaNya dan utusan-Nya.

تشهّد عمر بن الخطّاب : التّحيّات لله الزّاكيات لله الطيّبات لله السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله (رواه مالك وبيهقي بسند صحيح)**

Semua ucapan penghormatan hanyalah milik Allah. Segala pensucian hanyalah milik Allah segala pengagunggan hanyalah milik Allah, segala pemeliharan dan perlindungan adalah untukmu, wahai Nabi, begitupula rahmat dan segala karunia-Nya. Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kapada kami dan semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada Tuhan kecuali Allah dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya.

تشهّد عائشة : التّحيّات الطيّبات الصّلوات الزّاكيات لله السّلام على النّبيّ ورحمة الله وبركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله(رواه البيهقي)**
Segala ucapan untuk menyatakan hormat, segala ucapan untuk pengagunggan, dan segala ucapan pujian serta ucapan untuk menyatakan pengkudusan hanya milik Allah. Segala pemeliharan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala jaruniaNya. Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kapada kami dan semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersakasi sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. (al-Bani “Sifat Shalat Nabi).

Bacaan Shalawat nabi
اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّّيت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد اللّهمّ بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد( روي الجماعة) فى فقه السنّة ونيل الاوطار**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على آل إبراهيم وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ( روي أحمد و مسلم والنّسائ والترمذي وصححه) فى نيل الاوطار**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim, berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى أزواجه وذرّيّته كما صلّيت على آل إبراهيم وبارك على محمّد وأزواجه وذرّيته كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد( متفق عليه) فى نيل الاوطار**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim dan berikanlah karunia kepada Muhammad para isteri-istrinya dan anak keturunanya, sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على آل إبراهيم و بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم فى العالمين إنّك حميد مجيد ( روى مالك و مسلم و أبوداود و الترمذي و النّسائ و أحمد و غيره) **.
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim, berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada keluarga ibrahim diseluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى أزواجه وذرّيّته كما صلّيت على إبراهيم وبارك على محمّد وأزواجه و ذرّيته كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ( حديث حسن رواه ابوحميدالسعد)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan berikanlah karunia kepada Muhammad para istrinya dan anak keturunanya, sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم إنّك حميد مجيد وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم إنّك حميد مجيد ( حديث حسن صحيح رواه الترمذي)
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وبارك على محمّد و آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد(صحيح رواه ابوداود)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim, dan berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada keluarga ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

.أللّهمّ صلّ على محمّد عبدك ورسولك كم اصلّيت على إبراهيم وبارك على محمّد وعلى آله محمّد كماباركت على إبراهيم وآل إبراهيم (رواه البخاري)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad hambaMu dan rasul-Mu sebagaimana engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.

اللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت على آل إبراهيم و بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم فىالعالمين إنّك حميد مجيد(صحيح رواه أحمد)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim. Berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim diseluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

اللّهمّ صلّ على محمّد وآل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد اللّهمّ بارك على محمّد وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ( صحيح رواه البخاري)**.
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Ya Allah berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.

أللّهمّ صلّ على محمّد وعلى أهل بيته وعلى أزواجه وذرّيّته كما صلّيت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد وبارك على محمّد وعلى أهل بيته وعلى أزواجه وذرّيّته كما باركت على آل إبراهيم إنّك حميد مجيد (رواه أحمد والطّاهوي)**.
Ya Allah berilah rahmat kepada Muhammad, keluarganya, istri-istrinya dan keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Berikanlah karunia kepada Muhammad, keluarganya, istri-istrinya dan keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepad keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
اللّهمّ صلّ على محمّد و على آل محمّد كما صلّيت على إبراهيم وآل إبراهيم إنّك حميد مجيد وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كماباركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنّك حميد مجيد ( رواه أحمد والنّسائ وأبويعلى بسند صحيح)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad. Sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim. sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
اللّهمّ صلّ على محمد النّبيّ الأميّ وعلى آل محمّد كما صلّيت على آل إبراهيم وبارك ع
لى محمّد النّبيّ الأميّ وعلى آل محمّد كما باركت على آل إبراهيم فى العالمين إنّك حميد مجيد ( رواه مسلم وأبوعوانة وابن أبي شيبة وأبوداود والنّسائ وصححه الحاكم)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad Nabi yang ummi, dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada keluarga Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad Nabi yang ummi dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi karunia kepada keluarga Ibrahim di seluruh alam. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
أللّهمّ صلّ على محمّد عبدك ورسولك كما صلّيت على آل إبراهيم وبارك على محمّد عبدك ورسولك وعلى آل محمّد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم (رواه البخاري والنّسائ والطاهوي وأحمد وإسماعيل القاضي)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad hambaMu dan rasul-Mu sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim dan berilah karunia kepada Muhammad hambaMu dan rasulMu dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
أللّهمّ صلّ على محمّد وعلى أزواجه و ذرّيّته كما صلّيت على آل إبراهيم و بارك على محمّد وعلى أزواجه و ذرّيّته كما باركت على إبراهيم إنّك حميد مجيد (رواه البخاري ومسلم والنّسائ)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim dan keluarga Ibrahim dan berikanlah karunia kepada Muhammad para istrinya dan anak keturunanya sebagaimana Engkau memberikan karunia kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung.
أللّهمّ صلّ على محمّد وعلى آل محمّد وبارك على محمّد وعلى آل محمّد كما صلّيت وباركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنّك حميد مجيد( رواه البخاري والنّسائ والطاهوي وأبوقعدبن العربي فىالمعجام)**
Ya Allah berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad dan berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat dan karunia kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung (HR An-Nasai, At-Tohawi, Abu Qaad ibnu al-Arabi di dalam kitab al Mu’jam. (sifat- sifat shalat nabi; Nasiruddin Al- Albani)

Bacaan setelah tasyahud awal
عن ابن مسعو قال : أنّ محّمدا ص م قال: إذا قعدتم فى كلّ ركعتين فقولوا: "التحيّات لله والصّلوات والطيّبات السّلام عليك أيّها النّبيّ ورحمة الله و بركاته السّلام علينا وعلى عباد الله الصّالحين أشهد أن لا إله إلاّ الله وأشهد أنّ محمّدا عبده ورسوله" ثمّ ليتخيّرأحدكم من الدّعاء أعجبه إليه فليدع به ربّه عزّ وجلّ (رواه أحمد والنّسائ)
Kemudian hendaklah seseorang memilih doa yang disenanginya dan hendaklah ia mengajukan permohonannya kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia.

Bacaan setelah tasyahud akhir.
Yang dipilih oleh Muhammadiyah adalah:

إذ فرغ أحد من التشهّد اللأخر فليستعذ بالله من أربع يقول : أللّهمّ إنّي أعوذ بك من عذا ب جهنّم ومن عذاب القبر ومن فتنة المحيا والممات ومن شرّ الفتنة المسيح الدجّال ثمّ يدعو لنفسه بما بداله (رواه أبوداود وأحمد بسند صحيح)

Ya Allah aku berlindung kapada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari fitnah Dajjal (pengembara yang dusta).

Bacaan lainnya yang diperbolehkan:
عن عائشة أنّ النّبيّ ص م كان يدعو فىالصّلاة " أللّهمّ إنّي أعوذبك من عذاب القبر وأعوذ بك من فتنة المسيح الدجّال وأعوذ بك من فتنة المحيا والممات أللّهمّ إنّي أعوذ بك من المغرم والمأثم (رواه الجماعة إلاّ ابن ماجه)
Ya Allah aku berlindung kapada Engkau dari siksa kubur dan aku berlindung dari fitnah Dajjal dan aku berlindung dari fitnah hidup dan mati, ya Allah aku berlindung kepadaMu dari dosa-dosa dan terbelit hutang.
ماتقول فىالصّلاة ؟ أتشهّد ثم" أسأل الله الجنة وأعوذ به من النّار (رواه أبو داود وابن ماجه وابن حزيمة بسند صحيح)
Aku bertasyahud kemudian aku mohon Syurga kepada Allah dan berlindung dari siksa Neraka.
اللّهمّ إنّي أسألك يا الله (بالله) الواحد الأحد الصّمد الذى لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد أن تغفرلي ذنوبي إنّك أنت الغفورالرّحيم (رواه أبو داود والنسائ و أحمد وابن حزيمة وصححه الحاكم)
Ya Allah aku mohon kepadaMu, ya Allah Tuhan Yang Maha Tunggal tempat mahluk bergantung, tidak beranak dan tidak pula diperanakan, tiada sesuatupun yang menyamaiNya, ampunilah segala dosaku, karena Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
اللّهمّ إنّي أسألك بأن ّ لك الحمد لا إله إلاّ أنت واحدك لاشريك لك المنّان يا بديع السموات والأرض يا ذا الجلال والإكرام يا حي يا قيّوم إني أسألك الجنّة وأعوذ بك من النّار
Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu bahwa segala puji adalah milikMu, tiada tuhan kecuali Engkau, tiada sekutu bagiMu, Maha Pemberi Karunia, wahai pencipta langit dan bumi. Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Maha Hidup, wahai Tuhan Yang Maha Berdiri Sendiri, sesungguhnya aku memohon Syurga kepadaMu dan aku berlindung dari siksa Neraka.
اللّهمّ الغفرلي ما قدمت وما أخرت وما أعلنت وماأسرفت وما أنت أعلم بهمني أنت المقدّم وأنت المؤخّّرلا إله إلاّ أنت ( رواه مسلم وأبوعوانة).
Ya Allah ampunilah segala dosaku pada masa lalu dan akan datang, yang aku lakukan dengan sembunyi-sembunyi atau yang aku lakukan dengan terang-terangan dan apa saja perbuatanku yang berlebihan dan dosa-dosa lain yang Engkau lebih tahu daripadaku. Engkaulah yang terdahulu dan yang terkemudian tidak ada Tuhan melainkan Engkau.
اللّهمّ إنّي ظلمت نفسي ظلما كثيرا ولا يغفر الذّنوب إلاّ أنت فاغفرلي مغفرة من عندك وارحمني إنّك أنت الغفور رحيم (رواه البخاري ومسلم).
Ya Allah aku telah banyak melakukan kedzaliman kepada diriku sendiri dan tidak ada yang dapat mengampuni semua dosa itu kecuali Engkau. Oleh karena itu berilah aku pengampunan dari sisi-Mu dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Pengasih. (HR Bukhori dan Muslim)

Saikh Nasiruddin al-Albani: Bila shalat yang dilakukan hanya dua rakaat seperti shalat subuh beliau duduk iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri yang dihamparkan dan kaki kanan ditegakkan ).
فإذا جلست فى وسط الصلاة فاطمئنّ وافترش فخذك اليسرى ثم تشهد (رواه أبو داود و البيقى)
Apabila engkau duduk pada pertengahan shalat maka tenanglah dan bentangkanlah paha kirimu lalu tasyahudlah. (HR Abu Dawud dan Baihaqi). ( Sifat Shalat Nabi, Nasirudiin al-al Bani: 193)

Abu Hanifah: duduk tasyahud akhir seperti duduk di antara dua sujud (iftrasy)
بدليل أبى حميد الساعدى فى صفة صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم أنّ النبي صلي الله عليه وسلم جلس-نعنى للتشهد- فافترش رجله اليسرى وأقبل بصدر اليمنى على قبلته(رواه البخارى)
Karena hadis dari Abu Humaid Assa’idi dalam sifat shalat Rasululla saw beliau duduk (tasyahud), lalu membentangkan kaki kirinya dan menghadapkan punggung kaki kanan ke arah kiblat. (HR Bukhari). (Al fiqhu al islami waadillatuhu 2: 853)

Malikiyah: Duduk tawarruk di tasyahud awal dan akhir.
روى ابن مسعود أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يجلس فى وسط الصلاة وأخرها متوركا
Diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud ra bahwa Nabi saw duduk pada pertengahan shalat dan akhirnya dengan meletakkan pantatnya pada tanah. ( Alfiqhu al islami wa adillatuhu:jld 2, hal 853)

Saikh Nasiruddin al-Albani: Menggerakkan jari telunjuk sambil berdoa.
كان يرفع إصبعته يحركها يدعوها(رواه أحمد و النسائى و أبو داود)
Adalah Nabi saw mengangkat jarinya dan menggerakkannya lalu berdoa dengannya. ( Sifat Shalat Nabi, Nasiruddin al-Albani ;197)

Baihaqi: memberikan komentar tentang hal ini bahwa kemungkinan yang dimaksud hadis tersebut adalah mengacungkan jari telunjuk bukan menggerak-gerakkan jari telunjuk, agar tidak bertentangan dengan hadis Ibnu-Zubair dari Ahmad, Abi Daud, an-Nasai dan Ibnu Hibban dalam Shahihnya dengan lafadz
كان يشير بالسبابة ولا يحركها ولا يجاوز بصره إشارته
Adalah Nabi saw memberi isyarat dengan jarinya, tidak menggerakkannya dan matanya tidak melampaui isyarat telunjuknya. (Nailul Author 1:628)

11. Cara salam.
Muhammadiyah: bersalam dengan berpaling kekanan dan kekiri, yang pertama sampai terlihat pipi kanan dan yang kedua terlihat pipi kiri oleh orang yang di belakannya.
لحديث سعد قال: كنت أرى رسول الله صلى الله عليه وسلم يسلّم عن يمينه وعن يساره حتي أرى بياض خده (رواه مسلم فى صحيحه)
Karena hadis dari Sa’ad ia berkata: Saya melihat Nabi saw bersalam ke arah kanan dan kirinya sehingga saya melihat pipinya yang putih”. (HR Muslim dalam shahihnya). ( HPT : 99).

Imam Malik: berpendapat salam hanya sekali
عن عائشة رضى الله عنها أنّ النبى صلي الله عليه وسلم في الصلاة تسليمة واحدة تلقاء وجهه يميل إلى الشق الأيمن شيئا(أخرجه الترمذى)
Dari Aisyah ra, bahawa rasulullah saw di dalam shalatnya bersalam hanya sekali yaitu menghadapkan wajahnya condong ke arah kanan. (Goyatu al ahkamfi ahadisi al ahkam 2:220).

Catatan:
o Tidak disyariatkan membuka tangan kanan ketika salam pertama dan menutup tangan kiri ketika salam kedua dalam tasyahud akhir karena tidak ada hadis yang menjelaskan hal itu.
o Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita dalam cara melakukan shalat sebagai yang tersebut di atas sebab tidak adanya hadis yang menjelaskan hal ini (perbedaan wanita dan pria dalam shalat).

Bacaan salam
Bacaan salam yang dipilih oleh Muhammadiyah:
لحديث أبي داود بإسناد صحيح عن وا ئل بن حجر قال: صلّيت مع النّبيّ ص م فكان يسلّم عن يمينه "السّلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته " وعن شماله " السّلا م عليكم ورحمة الله وبركا ته
Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah Allah

Bacaan lainnya yang diperbolehkan:
عن ابن مسعود النّبيّ ص م كان يسلّم عن يمينه وعن يساره "السّلام عليكم ورحمة الله. ألسّلام عليكم ورحمة الله حتّى يرى بياض خدّه (رواه الخمسة وصححه الترمذي)
عن عقلمة بن وائل عن أبيه قال : صلّيت مع النّبيّ ص م فكان يسلّم عن يمينه "ألسّلا م عليكم ورحمة الله وبركاته " وعن شماله " ألسّلام عليكم ورحمة الله (صحيح رواه أبو داود)
Dzikir setelah shalat
أستغفرالله × 3 اللّهمّ أنت السّلام ومنك السّلام تباركت ياذا الجلال و اللإكرام ( رواه مسلم و أحمد و أبو داود والنّسائ وابن حزيمة و ألدارمي وابن ماجه)
Aku memohon kepada Allah 3x. Ya Allah Engau pemberi keselamatan, dari-Mu keselamatan, maha suci Engkau, wahai Robb pemilik keagungan dan kemuliaan.

لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيئ قدير اللّهمّ لا مانع لما ٍٍٍٍأعطيت ولا معطي لما منعت ولاينفع ذا الجد ّمنك الجدّ ( رواه البخارى و مسلم و ابوداود و أحمد وابن خزيمة وألدّارمي والنّسائى)
Tiada Ilah melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya segala kerajaan dan segala pujian. Dia Maha Kuasa segala sesuatu. Ya Allah tiada yang mencegah pada yang Engkau beri dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya. Hanya dari-Mu kemuliaan dan kemuliaan.
لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له, له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيئ قدير لاحول ولاقوّة إلاّ بالله لا إله إلاّ الله ولا نعبد إلاّ إيّاه له النعمة وله الفضل وله الثّناءالحسن لا إله إلاّ الله مخلصين له الدّين ولو كره الكافرون (رواه مسلم واحمد وابوداود والنّسائ وابن حزيمة)***
Tiada Ilah melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah, tiada Ilah melainkan hanya Allah, kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya, bagi-Nya nikmat, anugerah, dan pujian yang baik, tiada Ilah melainkan hanya Allah, dengan memurnikan ibadah hanya kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai.
لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحيى ويميت وهو على كلّ شيئ قدير× 10( رواه أحمد وترمذي )
Tiada Ilah melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya pujian dan bagi-Nya segala pujian, Dialah yang menghidupkan dan yang mematikan, Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dibaca 10x setelah selesai shalat Maghrib dan Subuh.
أللّهمّ أعنّي على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك (رواه ابو داود والنّسائ واحمد وحاكم)***
Ya Allah tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu.
سبحان الله×33الحمدلله×33الله اكبر×33 لاإله إلاّ الله وحده لاشريك له له الملك وله الحمد وهو على كلّ شيئ قدير(رواه مسلم واحمد وابن خزيمة والبيهقي)
Maha Suci Allah 33x, Segala puji bagi Allah 33x, Allah Maha Besar. Tiada Ilah melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan, bagiNya segala puji. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kemudian membaca surat al-Ikhlash, al- Falaq, dan an-Naas.
أللّهمّ إنّي أسأ لك علما نافعا ورقا طيّبا وعملا متقبّلا( رواه النّسائ وابن السّنّى)
Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang halal, dan amal yang diterima. (HR An-Nasai dan Ibnu As Sinni)
) Yazid bin Abdul Qadir Jawas ‘Kumpulan doa-doa”(

BACAAN SURAT-SURAT DALAM LIMA WAKTU SHALAT

1. Subuh: Kadang-kadang surat Qaf, ar-Rum, kadang-kadang az-Zilzalah, al-Falaq, an-Naas, al-Waqiah, ath-Thur, at-Taqwir, al-Baqarah, Yasin dan ash-Shofat.
2. Dhuhur/Ashar : Kadang-kadang surat ath-thoriq, al-Lail, al-Buruj, kadang-kadang al-Insyiqoq.
3. Maghrib : Muhammad, at-Thur, al-Murshalat, al-A’rof, dan al-Anfal.
4. Isya’ : asy-Syams, al-Insyiqoq, at-Thiin, al-Alaq, al-A’la, dan al-Lail.

MASALAH-MASALAH DALAM SHALAT
1. Bacaan shalat yang tidak bisa dengan bahasa Arab.
Imam Qudamah berkata: Wajib belajar bahasa Arab, bila tidak belajar bahasa Arab shalat batal. Bila tidak mampu dan takut waktu shalat habis namun hafal salah satu ayat dari surat al-fatihah maka ia wajib mengulang-ulanginya sampai seukuran panjang surat al-fatihah. Sama sekali tidak mampu menghafal, dan tidak mungkin menghafalnya serta ia takut habis waktu shalatnya maka dia wajib membaca
سبحان الله والحمد لله وإله إلا الله والله أكبر ولاحولا ولاقوّة إلا بالله العليّ الظيم (رواه احمد وابوداود والنّسائ)
Majalah al-Furqon edisi II Thn IV).
2. Tasyahud sepeninggal Nabi saw.
Seperti tasyahud Ibnu Mas’ud hanya lafadz “ ASSALAMU’ALAIKA AYYUHNNABIYYU “ diganti “ASSALAMU ‘ALANNABIYYI” (al-Bani “Sifat shalat Nabi”).
3. Membaca dua suarat dalam satu rakaat boleh menurut hadis riwayat Bukhari tentang seorang Anshar yang jadi imam di masajid Quba yang setiap kali hendak membaca satu surat ia awali dengan surat al-Ikhlas. (Al- Bani “Sifat shalat nabi’/ Muhammad Abdussalam “ As-Sunan wa al- Mubtadi’ay al- Mubalighoh bi al- Adzkar wa asa-Sholawat”).
4. Kedudukan doa “RABBANA DHOLAMTU NAFSII” ini hanya ada dalam shalat sebelunm salam, tidak ada keterangan khusus apakah setelah tasyahud awal atau akhir. (Al-Bani “Sifat shalat Nabi”)
5. Menurut Imam Syafi’I mengawali doa iftitah dengan bacaan “ ALLAHU AKBAR KABIIRA WAL KHAMDULILLAHI KATSIRO WA SUBKHANLLAHU WA BIKHAMDIHI BUKROTA WA ASHIILA adalah boleh. ( Fiqh Islam wa Adillatuhi 2/ 877)
6. Lafadz alaihissalam dalam shalat ketika mendengar nama nabi selain Nabi Muhammad tidak ada dasarnya.
7. Bacaan dalam rukuk 3x atau lebih. Subhana rabbiyal adzim 3x atau lebih subhana rabbiyal adzim wabihamdihi 3x ( al- Bani “Sifat shalat Nabi)
8. Menurut Malikiyyah dan Hanabilah sunah membaca basmalah sebelum baca surat. (Fiqih Islam wa Adillatihi 2/ 885)
9. 9. Bacaan ta’awudz sebelum shalat boleh tetapi bukan merupakan rukun atau sarat shalat. ( Tanya Jawab Tim Tarjih)
10. Dalam membaca iftitah boleh dibaca NAQQINII MIN KHOTOYAYA atau NAQQINII MINAL KHOTOYAA”. ( Tanya JawabTim Tarjih)
11. Lafadz “MAALIKI atau MALIKI boleh. ( Al-Bani “Sifat shalat Nabi’’)
12. Lafadz "RABBIGHFIRLII” sebelum mengucap lafadz “AMIIN” hadisnya dhaif ( Tanya Jawab Tim Tarjih 2/51)
13. Shalat harus dengan hati dan juga lisan. ( Tanya Jawab Tarjih 4/ 90)
14. Memperbanyak doa ketika rukuk dan sujud “SUBKHAANAKA ALLAHUMMA RABBANA WABIKHAMDIK ALLAHUMMAGHFIRLII. ( Tanya Jawab Tim Tarjih 4/94)
15. Bacaan basmalah boleh jahr atau sir. ( Tanya Jawab Tim Tarjih 4/ 89)
16. Bacaan “RABBANA DHOLAMTU NAFSII………….dibaca setelah tasyahud awal. (Tanya Jawab Tim Tarjih 1/51)

17. Bacaan surat pada rakaat ketiga atu keempat merupakan sunah ( Al- Bani “sifat shalat Nabi”)
18. Membaca ta’awudz untuk melaknat setan dalam shalat boleh.
Wahai Rasulullah setan telah menggangguku ketika aku membaca dalam shalat sehingga bacaanku menjadi kacau. Rasulullah menjawab : itulah setan yang bernama Khinzib. Jika kamu merasakan gangguannya bacalah ta’awudz dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali. Dia berkata : Saya melakukan hal itu kemudian Allah menghilangkan keraguan dariku. ( HR Muslim dan Ahmad) (Al- Bani: Sifat shalat Nabi)

BID’AH- BID’AH SEKITAR SHALAT

1. Bacaan “ SUBHAANA MAN SABBAHAL ASBAH, SUBHAANA MAN THAYYARAL JANNAH, SUBHAANA MAN SYA’AL FAJRA WA LAAH” dan SUBHAANAL ‘ABADIYYIL ABAD, SUBHANA MAN RAFA,AS SAMA’ BIGHOIRI ABAD………….dan SUBHANA MAN TAZZAZA BIL UZHMAH, SUBHANA MAN FARADDA BIL KIBRIYAI……….dan BIHA’IL HASAN WA ABIIHI WA JADDIHI WA AKHIIH, TAKFINA SYARRU DZAL YAUMI WA MAA YA TA’ATTA FIIH “ dalam shalat fajar merupakan bacaan bid’ah.
2. Niat dengan lafadz NAWAITU atau USHOLLII….. tidak boleh karena tidak ada dasarnya bahkan imam empat tidak pernah melakukannya. ( Tanya Jawab A. Hasan 3/ 853)
3. Membaca QS Yunus sebelum takbir agar terhindar dari gangguan setan adalah bid’ah.
4. Membaca “ROBBIJ’ALNII MUQIIMAS SHALAT WA MIN DURRIYYATI” sebelum takbir adalah bid’ah.
5. Doa “ ALLAHUMMA AHSIN WUQUUFANA BAINA YADAYKA WALAA TUHZINA YAUMAL ARDHI ‘ALAIKA” adalah bid’ah.
6. Menganggap bacaan iftitah makruh adalah merupakan anggapan bid’ah.
7. Dalil yang memakruhkan lafadz BASMALAH adalah dhaif.
8. Bacaan ALLAHUMMAGHFIRLII WALI WALIDAYYA WALILMUSLIMIN ketika imam membaca WALADHOOLLIIN adalah bid’ah.
9. Membaca SHODAKALLAH HUL’ADZIM ketika imam selesai shalat adalah bid’ah.
10. Lafadz sayyidina dalam shalat.
Di luar shalat sebagian ulama’ membolehkan karena termasuk penghormatan. Hadis Abu Dawud menerangkan tatkala sebagian sahabat berkata sayyidina Nabi menjawab sayyidillah tabaraka wa ta’ala dan tatkala mereka mengatakan أافضلنا فضل وأعظمنا طولا Nabi menjawab قولوا بقولكم أوبعض قولكم ولايستجرينّكم الشّيطان. Apabila dibaca di dalam shalat tidak boleh karena tidak ada dalil pun yang menerangkannya.
(Majalah al- Furqon edisi 12 Thn V./ A. Hasan 1/143).
11. Tambahan lafadz AS ALUKA FAUZA BIL JANNAH (ketika menoleh ke kanan) dan AU DZUBIKA MINANNAAR (ketika menoleh kekiri) adalah bid’ah.
12. Membaca istighfar bersama-sama dengan suara keras adalah bid’ah sunahnya adalah sendiri-sendiri.
13. Membaca ALFATIHAH setelah salam untuk kemuliaan Nabi ketika selesai shalat subuh dalah bid’ah.
14. Bersalam- salaman sehabis shalat adalah bid’ah.
15. Bacaan ALLAHUMMA AJJIRNII MINANNAAR sebanyak 7X setelah shalat subuh dengan suara keras dan dibaca bersama-sama adalah bid’ah.
16. Dilarang mambaca surat al-Qur’an ketika rukuk dan sujud.

كان ينهى عن قراءة القرآن في الرّكوع والسّجود (رواه مسلم وأبو داود)
“Adalah Nabi SAW melarang membaca Al-Qur’an ketika ruku’ dan sujud”
(Al- Bani “Sifat Shalat Nabi”)
17. Tambahn lafadz WABIHAMDIHI dalan rukuk dan sujud hadisnya dhaif. (A. Hasan 1/ 129 atau 3/853)

SHALAT JAMA’AH

A. Hukum shalat jama’ah
1. Dalil wajib jama’ah
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
Tegakkan shalat dan bayarlah zakat dan rukuklah kamu bersama dengan orang-orang yang rukuk”( al-Baqarah :43 )
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلَاةَ فَلْتَقُمْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ مَعَكَ ….الأية
Dan jika kamu berada di tengah-tengah mereka ( sahabat ) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri bersamamu…..” ( An Nissa’ : 102 )
عن أبي هريرة رضي الله عنه أنه قال أتى رسول الله صلى الله عليه و سلم رجل أعمى فقال: يا رسول الله إنّه ليس لي قائد يقود ني إلى المسجد و سأل رسول الله صلى الله عليه و سلم يرخص له فلما ولي دعاه صلى الله عليه و سلم فقال له هل تسمع النداء؟ قال نعم قال فأجب (رواه مسلم و النسائى)
Dari Abu Hurairah ra berkata: seorang laki-laki buta datang kepada Nabi SAW dan berkata wahai Rasulullah, tidak ada Padaku seorang yang akan menuntunku pergi ke masjid! Dia memohon kepada Rasulullah untuk mendapatkan keringanan ( izin ) kepada beliau, akan tetapi setelah orang tersebut pergi, tiba-tiba Rasulullah memanggilnya seraya bertanya: Apakah kamu mendengar panggilan adzan ? jawabnya, Ya.Lalu Rasulullah bersabda: Penuhilah panggilan itu! ( HR. Muslim dan Nasa’I )

2. Dalil Ulama yang berpendapat sunahnya shalat jamaah
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال صلاة الجماعة تفضل صلاة الفذّ بسبع و عشرين درجة (رواه البخاري)
Dari ibnu umar ra bahwasanya Rasulullah bersabda: "shalat jama’ah lebih tinggi dua puluh tujuh derajat dibanding shalat sendirian" (HR Bukhari )
عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال صلاة رجل في جماعة تزيد على صلاته في بيته و صلاته في سوقه بسبع و عشرين درجة (رواه البخاري و مسلم)
Dari Abu Haurairah ra bahwasanya Rasulullah bersabda: "Shalat seseorang berjamaah lebih tinggi dua puluh tujuh derajat dibanding dengan shalat sendirian dirumah dan di pasar" ( Muttafaqun alaih )
عن عبد الله بن سرجس قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا صلى أحدكم فيبيته ثم دخل المسجد و القوم يصلون فليصل معهم تكون له نافلة (أخرجه الطبراني و حسّنه السيوطى)
Dari Abdullah bin sarjis bahwasanya Rasullah bersabda: "Apabila shalat salah seorang dari kamu di rumah kemudian masuk masjid dan mendapatkan orang banyak sedang mengerjakan shalat maka hendaknya shalat bersama mereka sebagai nafilah" ( HR Thabrani, Hadis ini Hasan menurut As Suyuti )

Bagi yang berpendirian jama’ah bukan wajib hukumnya, mereka berpendapat bahwa hadits yang menyebutkan Rasulullah mengancam orang yang tidak jamaah akan dibakar rumahnya merupakan ancaman bagi orang-orang yang meninggalkan jamaah karena nilai nifaq.

Dari semua dalil–dalil yang menerangkan wajibnya ataupun tidak wajibnya jama’ah di atas, menurut cara jamak dan taufiq dapat diambil pengertian bahwa shalat jamaah adalah fardhu kifayah, hanya saja shalat jamaah tetap anjuran yang perlu mendapat perhatian bagi kita.( Tanya jawab agama jilid 1 )

B. Kriteria imam pada shalat jama’ah
عن عقبة بن عمرو رضي الله عنه قال رسول الله صلى الله عليه و سلم يؤمّ القوم أقرؤهم لكتاب الله فإن كانوا في القرأة سواء فأعلمهم هجرة فإن كانوا في الهجرة سواء فاقدمهم سنّا ولا يؤمن الرجل في صلطانه ولا يقعد في بيته على تكرمته إلا بإذنه (رواه أحمد و مسلم)
Dari Abu masud Uqbah bin Amr berkata bahwa RasulAllah SAW bersabda: “Hendaklah menjadi imam pada suatu kaum orang yang lebih ahli membaca qur’an, jika dalam hal ini mereka bersamaan maka yang lebih mahir dalam hal sunah (Hadis), apabila dalam hal inipun mereka bersamaan juga, maka yang lebih dahulu mengikuti hijrah, kalau tentang hal ini mereka bersamaan juga maka yang lebih dahulu islamnya (atau yang lebih tua umurnya). (H.R. Ahmad dan Muslim).

C. Bolehnya imam yang buta atau hamba sahaya.
عن أنس أنّ النبي صلى الله عليه و سلم استخلف ابن أمّ مكتوم على المدينة مرّتين يصلى بهم وهو أعمى (رواه أحمد وأبى داود)
Dari Anas bahwa Nabi SAW menguasakan pada Ibnu Umi Maktum atas Madinah dua kali yaitu mengimami penduduk Madinah padahal beliau adalah seorang yang buta. (H.R.Ahmad dan Abu Dawud).
عن ابن عمر لمّا قدم المهاجرون الأولون نزلوا العصبة موضعا بقباء قبل مقدم النبى صلى الله عليه و سلم كان يؤمهم سالم مولى أبي خذيفة وكان أكثرهم قرآنا وكان فيهم عمربن الخطّاب وأبو سلمة ابن عبد الأسد (رواه البخارى وأبو داود)
Dari Ibnu Umar ketika orang-orang muhajirin yang pertama-tama sampai di ‘Usbah yaitu suatu tempat di Quba sebelum kedatangan Nabi SAW yang mengimami mereka adalah Salim hamba sahaya Abu Hudzaifah, karena dialah yang lebih banyak pengertiannya tentang Al-Qur’an, padahal di tengah-tengah mereka terdapat juga ‘Umar bin Khattab dan Abu Salamah bin Abdul As’ad. (H.R.Bukhari dan Abu Dawud)

D. Posisi makmum yang sendirian.
Sebagian ulama telah menukil adanya kesepakatan bahwa apabila makmum satu orang maka ia berdiri di sebelah kanan imam, hal ini berdasarkan :
عن ابن عبّاس رضي الله عنهما قال بتّ في بيت خالتى ميمونة فصلّى رسول الله صلى الله عليه و سلم العشاء ثم جاء فصلّى أربع ركعات ثم نام فجئت فقمت عن يساره فجعلنى عن يمينه فصلّى خمس ركعات ثم صلّى ركعتين ثم نام حتى سمعت عطيطه أو قال خطيطه ثم خرج إلى الصلاة (رواه البخارى)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata : Aku bermalam di rumah bibiku Maimunah lalu Nabi SAW mengerjakan shalat ‘isya, kemudian Nabi mengerjakan shalat empat rakaat setelah itu Nabi tidur, kemudian Nabi mengerjakan shalat lalu aku datang dan berdiri di sebelah samping kirinya, lalu Nabi menempatkanku di samping kanannya. Beliau shalat lima rakaat kemudian dua rakaat. Kemudian Beliau tidur hingga aku mendengar suara dengkurnya.-atau ia berkata: suara nafasnya.- kemudian Nabi keluar untuk menunaikan shalat subuh.(H.R.Bukhari)

Dalam pendapat ini tidak ada yang menyelisihinya kecuali Ibrahim an-Nakhoi dia berkata : Apabila makmum satu orang maka ia berdiri di belakang imam, jika sampai imam rukuk dan belum datang seorangpun maka ia maju dan mengambil posisi di sebelah kanan imam. Pendapat ini di riwayatkan oleh Sa’id bin Mansur. Sebagian ‘ulama mencoba memberi penjelasan tentang pendapat An-nakhoi tersebut, mereka berpedomanan bahwa imam merupakan tempat berkumpulnya jama’ah, berdasarkan hal itu maka makmum harus berada di belakang imam, akan tetapi pendapat tersebut menyalahi nash sehingga di anggap analogi (qias) yang rancu.
Ibnu Hajar Al-atsqolani berkomentar bahwa Ibrahim An-nakhoi mengatakan hal itu di karenakan ia dalam kondisi adanya keyakinan yang kuat akan datangnya makmum yang kedua. Sa’id bin Mansur meriwayatkan dari An-nakhoi bahwa dia berkata terkadang aku berdiri di belakang Al-Aswad seorang diri hingga muadzin datang. (terjemahan Fathul Baari jilid 4).

E. Perintah untuk meluruskan shof.
عن أنس أنّ النبيّ صلى الله عليه و سلم قال سوّوا صفوفكم فإنّ تسوية الصفوف من تمام الصلاة (رواه الصحيحين)
Dari Anas r.a. bahwa Nabi SAW bersabda : "Ratakanlah shofmu karena meratakan shof itu termasuk dari sebagian kesempurnaan shalat”.(H.R.Bukhaori dan Muslim).
عن أنس كان رسول الله صلى الله عليه و سلم يقبل علينا بوجهه قبل أن يكبّر فيقول تراصّوا واعتدلوا(رواه الثحيحين)
Dari Anas r.a. adalah Nabi SAW menghadapkan mukanya kepada kita sebelum bertakbir seraya bersabda :" rapatkan dan luruskanlah shofmu”.(H.R.Bukhari Muslim)

F. Shof wanita di belakang shof pria.
عن ابن عباس قال صلّيت إلى جنب النبي صلى الله عليه و سلم وعائشة معنا تصلّى خلفنا وأنا إلى جنب النبي صلى الله عليه و سلم أصلّى معه (رواه أحمد والنسائى)
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. berkata : "Aku shalat di samping Nabi SAW sedang ‘Aisyah bersama kami dia shalat di belakang kami dan aku di sisi Nabi SAW.” (H.R.Ahmad dan Nasa’i)

عن أنس قال صلّيت أنا واليتيم خلف النبي صلى الله عليه و سلم وأمّي أم ّسليم خلفنا (رواه البخارى)
Dari Anas r.a. berkata : "Aku shalat bersama-sama anak yatim di belakang Nabi SAW sedang ibuku Ummu Sulaim di belakang kami”.(H.R.Bukhari)
Mengenai posisi jamaah wanita yang berada di samping jamah laki-laki yang banyak kita dapati di masyarakat, untuk sementara ini belum kami dapati dalilnya yang menerangkan tentang hal itu.
G. Larangan mendahului imam.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: أنّ رسول الله صلى الله عليه و سلم قال إنما جعل الإمام ليؤتمّ به فإذا كبّر فكبّروا ولا تكبّروا حتى يكبّروا وإذا ركع فاركعوا ولا تركعوا حتى يركعوا وإذا سجد فاسجدوا ولا تسجدوا حتى يسجد(رواه أحمد أبو داود)
Dari Abu Hurairoh r.a. bahwa Rasulullah bersabda : "Sungguh bahwa imam itu di angkat untuk diikuti, oleh karena itu apabila ia bertakbir maka bertakbirlah kamu dan janganlah kamu bertakbir hingga ia bertakbir dan apabila ia telah ruaku’ maka rukuklah kamu dan janganlah kamu rukuk hingga ia rukuk. Dan apabila ia telah bersujud maka bersujudlah kamu dan janganlah kamu bersujud hingga ia sujud”.(H.R. Ahmad dan Abu Dawud).

H. Memperhatikan bacaan imam dan wajibnya membaca fatihah bagi makmum.
عن عبادة بن صامت رضى الله عنه قال أنّ رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لاصلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب (متفق عليه)
Dari ‘Ubadah bin Shomit bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Tiada sah shalat orang yang tidak membaaca ummul kitab (Al Fatihah)”.(H.R.Bukhari Muslim).
عن عبادة بن صامت قال صلّى رسول الله صلى الله عليه و سلم الصبح فثقلت عليه القراءة فلما انصرف قال اني أراكم تقرؤون وراء إمامكم قال قلنا يا رسول الله اي والله قال لاتفعلوا إلا بأمّ القرآن (رواه احمد و الدرقطنى و البيهقي)
Dari ‘Ubadah bin Shamit berkata Rasulullah SAW shalat shubuh lalu beliau mendengar orang-orang makmum yang nyaring bacaannya. Setelah selesai shalat beliau menegur : Aku kira kamu sam membaca di belakang imammu?. Kata ‘Ubadah : kita sama menjawab : Ya, wahai Rasulullah, demi Allah benar. Maka beliau bersabda : Janganlah kau mengerjakan yan demikian, kecuali dengan bacaan fatihah.(H.R.Ahmad, Daruqutni, Baihaqi).

Dari anas r.a. ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : "Apakah engkau membaca dalam shalatmu di belakang imammu, padahal imam itu membaca? Janganlah kamu mengerjakannya, hendaklah seseorang membaca fatihah pada dirinya sendiri. (yaitu dengan suara yang rendah yang di dengar sendiri)”.(H.R.Ibnu Hibban).

Tuntunan di luar Muhammadiyah :
A. Hassan (Persis) berpendapat tidak wajib bagi makmum untuk membaca fatihah dalam shalat jahr di belakang imam. Berdasarkan :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْءَانُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan apabila di bacakan Al-qur’an maka dengarkanlah olehmu dan diamlah kamu agar supaya kamu mendapat rahmat.(Al A’raf : 204)
إنّما جعل الإمام ليؤتمّ به فإذا كبّر فكبّروا و إذا قرأ فأنصتوا (رواه احمد)
Hanya saja di jadikan imam untuk diikuti apabila ia takbir maka bertakbirlah kamu dan apabila membaca diamlah kamu (memperhatikan) (H.R Ahmad)
كان عبد الله بن عمر إذا سئل هل يقرأ أحد خلف الإمام؟ يقول إذا صلّى أحدكم خلف الإمام فحسبه قراءة الإمام (رواه مالك)
Adalah Abdullah bin Umar ketika ditanya apakah seseorang (makmum) membaca di belakang imam? Berkatalah dia: Apabila seseorang shalat di belakang imam maka bacaan imam sudah mencukupinya. (HR Imam Malik). (soal jawab A Hasan jilid 1-2)

I. Mebaca amien dengan suara keras
عن أبي هريرة رضي الله عنه أنّ رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا قال الإمام "غير المغضوب عليهم ولا الضالين" فقولوا آمين. فإنّ الملائكة تقول آمين وإنّ الإمامة يقول آمين. فمن وافق تئمينه تئمين الملائكة غفر له ما تقدّم من ذنبه (رواه أحمد والنسائى)
Dari Abu Hurairah berkata: bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : "Apabila imam telah membaca "Ghairil maghdlu bi’alaihim waladl dlallin" maka bacalah A-mi-, karena sesungguhnya malaikat membaca A-mi-n bersama-sama dengan imam membaca A-mi-n. Barang siapa membaca A-mi-n bersmaan dengan bacaan para malaikat niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalau.(HR Ahmad dan Nasa’I)
عن عطاء أنّ ابن زبير رضي الله عنهما كان يأمّن هو ومن وراءه بالمسجد الحرام إنّ للمسجد للجّة(رواه البخارى)
Dari Atha’ bahwa Ibnu Zubair ra membaca A-mi-n bersama-sama dengan orang yang shalat dibelakangnya (di Masjidil Haram) sehingga masjid itu bergemuruh suaranya.
(HR Bukhari)

Imam mengeraskan takbir intiqal dan dibolehkannya mengangkat seorang muballigh (penyambung takbir imam agar sampai kepada makmaum)

عن سعيد الحارث قال :صلّى لنا أبوا سعيد فجهّر بالتكبير حين رفع رئسه من السجود وحين سجد وحين رفع وحين قام من الركعتين قال هكذا رئيت رسول الله صلى الله عليه و سلم (رواه البخارى وأحمد)
Dari Said Ibnu Harits berkata: Abu said bershalat menjadi imam kita, maka ia membaca takbir dengan nyaring tatkala mengangkat kepalanya, bangun dari sujud, ketika akan sujud, ketika bangun dan ketika berdiri dari dua rakaat. Selanjutnya dikatakan “Demikianlah aku melihat Rasullah SAW”.(HR Bukhari dan Ahmad)
عن جابر قال: اشتكى رسول الله صلى الله عليه و سلم فصلّينا وراءه وهو قاعد وأبو بكر يسمع الناس تكبيره (رواه أحمد و مسلم و النسائى و ابن ماجه)
Dari Jabir ra berkata: Rasulullah pada suatu ketika menderita sakit, kemudian kami shalat di belakangnya, dan beliau shalat dengan duduk, serta AbuBakar memperdengarkan (menyambung) takbir beliau kepada orang banyak”. (HR Ahmad, Muslim, Nassa’I dan Ibnu Majah)

J. Makmum yang masbuq dan mendapati imam sudah mulai mengerjakan shalat, maka bertakbir dan langsung mengikuti gerakan imam.
عن أبى هريرة قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا جئتم إلى الصلاة ونحن سجود فاسجدوا ولا تعدوها ومن أدرك الركعة فقد أدرك الصلاة (رواه أبوداود و الحاكم وابن خزيمة)
Dari Abu Hurairah berkata: Bahwa Rasulullah SAW bersabda "Apabila kamu datang untuk shalat (jamaah) padahal kita sedang sujud, maka sujudlah dan kamu jangan menghitungnya satu raka’at.Dan barang siapa menjumpai rukuknya imam berarti dia menjumpai shalat (mendapati satu raka’at sempurna)”. (HR Abudawud, Hakim dan Ibnu Khuzaimah)
عن على بن أبى طالب ومعاذ بن جبل قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا أتى أحدكم الصلاة والإمام على حال فاليضع كما يضع الإمام (رواه الترمذى)
Dari Ali bin Abi Thalib dan Muad bin Jabal keduanya berkata "apabila salah seoranng di antaramu mendatangi shalat (jama’ah), pada waktu imam sedang berada dalam suatu keadaan, maka hendaklah ia kerjakan sebagaimana apa yang dikerjakan oleh imam.” (HR Tirmidzy)

Dari keterangan hadits di atas dapat disimpulkan apabila ma’mum masbuq hendaklah segera bertakbir dan segera mengikuti gerakan imam baik rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud dan duduk tahiat awal ataupun akhir.
K. Rukuknya makmum yang masbuk bersama imam dihitung satu rakaat
قال رسول الله صلى الله عليه و سلم من أدرك ركعة من الصلاة قبل أن يقيم الإمام صلبه فقد أدركها (رواه الدارقطنى وصحّحه ابن حبّان)
Bahwa Rasulullah bersabda: Barang siapa yang menjumpai rukuk dari shalat sebelum imam berdiri tegak dari rukuknya maka berarti dia telah mendapati satu rakaat yang sempuna. (HR Daruqutni dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban)
عن أبى هريرة أنّ النبى صلى الله عليه و سلم قال من أدرك ركعة من الصلاة مع الإمام فقد أدرك الصلاة (رواه الشيخان)
Dari Abu Hurairah berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda: Barang siapa mendapati rukuk dari pada shalat berarti dia telah mendapati shalat (satu rakaat sempurna). (HR Bukhari dan Muslim)

Tuntunan Di luar Muhammadiyah:
Rukuknya makmum yang masbuk yang menjumpai rukuk bersama imam tidak dapat dihitung satu rakaat, karena makmum tidak membaca Fatihah ataupun mendengar bacaan Fatihah dari imam, karena pada dasarnya seorang makmum wajib membaca Fatihah pada tiap-tiap satu rakaat yaitu dengan mendengarkan bacaan Fatihah imam. Hal ini berdasarkan:
عن عبادة بن صامت رضى الله عنه قال أنّ رسول الله صلى الله عليه و سلم قال لاصلاة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب (متفق عليه)
Dari Ubadah Bin Shamit r.a Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: "Tiadalah shalat bagi orang yang tidak membaca Al-Fatihah.”(HR Bukhari dan Muslim).

Menurut PERSIS (soal jawab A. Hasan jilid 1-2)
Permasalahan makmum masbuq menepuk pundak imam yang sering kita dapati dimasyarakat, untuk sementara ini belum kita dapati dalilnya, kami menyimpulkan bahwa hal itu (menepuk pundak) di lakukan hanya untuk memberi tahu kepada imam bahwa ada makmum di belakangnya, akan tetapi kalau hal ini dilakukan akan mengganggu shalat imam seyogyanya makmum mengucapkan takbiratul ihram dengan keras agar imam tahu bahwa di belakangnya ada makmum, dan hal ini sebagai pengganti menepuk pundak imam untuk memberi tahu bahwa di belakangnya terdapat makmum.

L. Imam menghadap kearah makmum sesudah selesainya shalat

عن سمورة قال : كان النبي صلى الله عليه و سلم إذا صلّى صلاة أقبل علينا بوجهه (رواه البخارى)
Dari Samurah ra berkata :" adalah Rasulullah SAW apabila telah selesai mengerjakan shalat beliau menghadapkan mukanya kepada kita”. (HR Bukhari)

عن البرّاء بن عازب قال :كنّا إذا صلّينا خلف رسول الله صلى الله عليه و سلم أحببنا أن نكون عن يمينه فيقبل علينا بوجهه (رواه مسلم و أبوداود)
Dari Bara’ bin Azib berkata: " apabila kita shalat di belakang Rasulullah SAW kita senang berada di sebelah kanan beliau, supaya setalah selesai beliau menghadapkan mukanya kepada kita”. (HR Muslim dan Abu Dawud)

M. Membuat sutrah dan larangan melewati di depan orang shalat
عن ابن عمر أنّ رسول الله صلى الله عليه و سلم كان إذا خرج يوم العيد أمر بالحربة فتوضع بين يديه فيصلّى إليها و الناس وراءه وكان يفعل ذلك فى السفر.ثمّ اتخذها الإمراء (رواه مسلم )
Dari Ibnu Umar ra. Bahwasanya Rasulullah saw apabila keluar pada hari raya beliau meminta lembing, kemudian dipancangkan di depannya dan lalu shalat menghadap kearahnya sedang orang banyak shalat di belakangnya. Beliau kerjakan yang demikian itu juga pada waktu bepergian. Berdasarkan pekerjaan Nabi tersebut maka kepala negarapun menjalankan yang demikian itu. (HR. Muslim)

عن أبي جهيم قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لو يعلم المارّ بين يدي المصلّى ماذ عليه لكان أن يكف أربعين خيرا له من أن يمرّ بين يديه أربعين يوما أو شهرا أو سنة (رواه الجماعة )
Dari Abu Juhaim berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda: "andaikata orang yang lewat di depan orang yana shalat itu mengerti besarnya dosa yang dipikulkan kepadanya, niscaya akan lebih baik dia menunggu selama empat puluh dari pada lewat di depan orang yang shalat, yaitu empat puluh hari, empat puluh bulan atau empat puluh tahun”. (HR. Jama’ah)

N. Bacaan Basmalah Dalam Shalat Jahr.
1. Kedudukan Basmalah Dalam Al-qur’an
a. Fuqoha Madinah, Bashroh, dan Syam berpendapat bahwa basmalah adalah pembatas dari satu surat ke surat yang lain sehingga mereka berpendapat basmalah bukanlah termasuk dari surat al-fatihah. Oleh karena itu Imam Malik berpendapat tidak membaca basmalah ketika membaca al-fatihah dalam shalat.
b. Ahli qiro’ah kufah dan mekkah begitu pula Imam Syafi’I berpendapat bahwa basmalah adalah termasuk dalam surat al-fatihah, oleh karena itu Imam Syai’I berpendapat basmalah dibaca dengan keras di dalam shalat, baik shalat jahr ataupun sirr.
2. Basmalah Apakah Dibaca Jahr atau sirr dalam shalat
Dalam menunaikan shalat telah dituntunkan oleh Rasulullah saw dan para sahabatnya untuk membaca basmalah dalam mengawali surat al-fatihah. (HPT hal 77)
Bacaan basmalah ini dapat dibaca dengan jahr ataupun sirr di dalam shalat ( karena dalam putusan tarjih tidak disebutkan secara rinci apakah bacaan basmalah dibaca jahr atau sirr dalam shalat ).
(Tanya Jawab Pak AR/Tanya jawab agama jilid 1,4 dan 5/HPT)

O. Hukum Wanita Berjama’ah di Masjid
Hadis yang menerangkan wanita lebih utama shalat di rumah
عن أم سلمة عن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال خير مساجد النساء قعر بيوتهنّ (رواه أحمد والطبرنى في الكبير)
Dari Ummu Salamah dari Rasulullah saw bersabda :” sebaik-baik tempat sujud wanita adalah di bilik rumahnya” (HR. Ahmad, Thobroni dalam kitab al-kabir)

Di dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah, juga Ibnu Khizaimah meriwayatkan dalam kitab shohehnya sdan Al-Hakim dari Duraij Abis Samhi dari Sa’ib budak Ummu Salamah dari Ummu Salamah. Dan Ibnu Khuzaimah berkata aku tidak kenal apakah Sa’ib itu orang yang adil atau tercela, tetapi Al-Hakim berkata sanadnya shoheh.
Sedangkan hadis yang membolehkan wanita jama’ah di masjid.
لاتمنعوا النساء مصلاهنّ مع العلم أن الجماعة أفضل لقوله صلى الله عليه و سلم لاتمنعوا إماء الله مساجد الله (متفق عليه)
Janganlah kamu melarang wanita-wanita pergi ke musholla setelah diketahui shalat jama’ah itu lebih utama. Karena dasar hadis : Janaganlah kamu melarang hamba-hamba wanita Allah pergi ke masjid-masjid Allah. (HR Bukhari Muslim )
عن ابن عمر قال: قال رسول الله صلى الله عليه و سلم صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذّ بسبع وعشرين درجة (رواه البخارى)
Dari Ibnu ‘Umar berkata Rasulullah saw bersabda: "Shalat jama’ah itu lebih uatama dengan shalat sendirian dengan kelipatan 27 derajat” ( HR . Bukhari )

Dengan cara jamak dan taufiq dua hadis yang bertentangan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bagi wanita apabila tidak ada halangan pergi ke masjid atau musholla, sebaiknya jama’ah di masjid atau di musholla bersama dibolehkannya shalat berjama’ah di rumahnya. (Tanya Jawab Agama jilid 4 )

Pandangan Para Fuqoha Mengenai Wanita Berjama’ah di Masjid
• Abu Hanifah dan sahabatnya berpendapat hukumnya makruh bagi wanita yang masih berusia muda berjama’ah di masjid, karena ditakutkan akan terjadinya fitnah. Sedangakan Abu Hanifah sendiri berpendapat wanita yang sudah tua dibolehkan berjama’ah di masjid akan tetapi dengan wakyu-waktu tertentu, yaitu pada waktu sholat subuh, maghrib dan ‘isya, selain dari waktu-wakyu tersebut di makruhkan. Karena diwaktu subuh dan ‘isya adalah disaat waktunya orang-orang fasiq tidur, sedangakn waktu maghrib adalah waktunya orang-orang fasiq makan malam.
• Malikiyah (Pengikut Imam Maliki) berpendapat wanita boleh berjama’ah di masjid apabila tidak dihawatirkan akan terjadinya fitnah, apabila ditakutkan terjadinya fitnah maka wanita dilarang keluar untuk berjama’ah di masjid.
• Syafi’iyyah dan Imam Ahamad Bin Hambal berpendapat hukumnya makruh bagi wanita yang masih berusia muda untuk keluar menghadiri shalat jama’ah laki-laki karena akan mendatangkan fitnah dan yang lebih baik adalah ia shalat di rumahnya. Dibolehkan shalat berjama’ah di masjid bagi wanita dengan syarat mendapat izin dari suaminya dan keluarnya tanpa menggunakan wewangian akan tetapi apabila ia shalat di rumahnya lebih baik.
Kesimpulan : bahwa hukumnya makruh bagi wanita berjama’ah di masjid karena ditakutkan akan terjadinya fitnah, dibolehkan berjama’ah di masjid bagi wanita yang sudah tua. (al fiqhu al islami wa adillatuhu jilid 2 hal 1172)

P. Beberapa Amalan Yang Tidak Di Syariatkan Dalam Shalat Jama’ah
1. Berjabat tangan sesudah shalat jama’ah
Berjabat tangan jika dikaitkan dengan contoh dari Nabi khususnya sesudah selesai shalat jama’ah belum terdapat dalil yang menerangkannya, kecuali hadis yang nenerangkan jabat tangan dalam peristiwa shalat jama’ah yaitu shalat jama’ah yang sudah selesai sama sekali, dan jama’ah mulai bubar meninggalkan masjid yaitu hadis yang diriwatkan oleh imam Bukhari yang menyatakan ketika itu Nabi datang di sebuah wilayah yang baru didatangai oleh Nabi, sehingga masyarakat beramai-ramai ingin lebih dekat mengenal pada Nabi, pada waktu itu Nabi membiarkan tangannya sehingga para jama’ah memengang tangan beliau.
Dari keterangan di atas dapat diambil kesimpulan berjabat tangan sesudah shalat jama’ah tidak ada tuntunanya. Kerena tiadanya hadis yang menerangankan hal itu. Sebenarnya yang diperintahkan oleh Rasulullah susudah shalat adalah berzikir dan berdoa, berjabat tangan dengan sesama jama’am boleh-boleh saja sekiranya dikerjakan sesudah selesai sama sekali dari pelaksanaan shalat-shalat jama’ah (bubarnya para jama’ah). (Tanya Jawab Agama IV & V)
2. Zikir Bersama-sama Sesudah Shalat Jama’ah
…..وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
...Dan ingatlah (nama) dengan sebaik-baiknya pada waktu petang dan pagi hari (Ali Imran : 41)
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
Dan ingatlah (nama TuhanMu) dalam dirimu dengan merendahkan diri dan meringankan suara tanpa mengeraskan suara di waktu pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai (al-A’raf: 205)
sedangkan dalam hadis tidak didapati anjuran untuk berzikir dengan suara keras apalagi dikerjakan di dalam mesjid yang dapat menganggu orang lain yang sedang mengerjakan shalat.
Kesimpulannya berzikir memang ada tuntunanya, akan tetapi zikir bersama-sama dengan suara keras tidak didapati tuntunannya. (Tanya Jawab Agama Jilid I)
3. Mengusap Muka sesudah Salam
Belum ditemukan dalil yang menerangkan mengusap muka atau dahi sesudah salam dalam shalat, oleh karena itu hal ini tidak perlu kita lakukan, yaitu mengusap muka sesudah salam. (Tanya Jawab Agama Jilid V)

REFERENSI
Depag RI. 1411 H. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Medinah: Mujamma Khadim al-Haramain asy-Syarifain.
Sabiq, Sayyid. 1983. Fiqh as-Sunah. Jilid 1. Cet-4. Dar al-Fikr.
Asy-Syafi’i, Abu Abdullah Shadruddin Muhammad bin Abdurrahman bin Husain ad-Dimasyqi al-‘Utsmani. 2003. Rahmah al-Ummah fi Ikhtilaf al-Aimmah. Cet-1. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Munawwir, A. W. 2002. Kamus al-Munawwir, Arab-Indonesia Terlengkap. Cet-25. Edisi Kedua. Surabaya: Pustaka Progressif.
Asy-Syaukani, Imam Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad. 2000. Nail al-Authar. Jilid 1-2. Cet-1. Kairo: Dar al-Hadist.
Az-Zuhaili, Wahbah, Dr. 2006. Fiqh al-Islami wa Adillatuhu. Jilid 1. Damaskus: Dar al-Fikr.
Ash-Shan’ani, Imam Muhammad bin Isma’il. 2004. Subul as-Salam. Jilid 1-2. Cet-3. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah.
Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Himpunan Putusan Tarjih. Cet-3. Yogyakarta: Persatuan Yogyakarta.
At-Thabari, Muhibuddin Abu Ja’far Ahmad bin Abdullah. 2004. Ghoyah al-Ahkam fi Ahaadits al-Ahkam. Cet-1. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah
Hassan, A. 1991. Pengajaran Shalat. Bangil: Pustaka Tamam.
Tim Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 2004. Tanya Jawab Agama 1-4. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. 2005. Kumpulan Doa Dari Al-Qur’an Dan As-Sunah Shahihah. Cet-2. Bogor: Pustaka Imam Syafi’i.
Asy-Syakiri, Muhammad Abdussalam Khadr. 2004. Bid’ah-Bid’ah Yang Dianggap Sunnah. Cet-3. Jakarta: Qisti Press.
Al- Albani, Muhammad Nashirudin. 1996. Sifat Shalat Nabi Muhammad SAW Min Takbir Ila Taslim Kaannaka Taraha. Cet-6. Riyadh: Maktabah Al-Ma’arif.
Hasan, A. Tanya Jawab Tentang Berbagai Masalah Agama. Bandung: Penerbit Diponegoro.
Cara shalat, Drs. Agung Danarto hal. 52-53